Investasi Hilirisasi ESDM Indonesia Tembus 618 Miliar Dolar AS hingga 2040
Kementerian ESDM optimistis investasi hilirisasi sektor energi dan sumber daya mineral akan mencapai 618 miliar dolar AS hingga 2040, berkontribusi besar pada PDB dan ekspor Indonesia.

Jakarta, 24 Februari 2024 - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia memasang target ambisius: investasi hilirisasi sektor energi dan sumber daya mineral mencapai 618 miliar dolar AS (sekitar Rp10.079,58 triliun) hingga tahun 2040. Target ini diungkapkan Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, dalam Rapat Kerja dengan Komite II DPD RI di Jakarta. Investasi masif ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Menurut Yuliot Tanjung, "Kami mengharapkan akan terjadi investasi sekitar 618 miliar dolar AS." Proyeksi ini didasarkan pada Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis yang telah disusun pemerintah. Investasi tersebut diproyeksikan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, diperkirakan mencapai 235,9 miliar dolar AS, dan ekspor, ditargetkan mencapai 857,9 miliar dolar AS.
Hilirisasi sektor ini, menurut keterangan Yuliot, akan didominasi oleh sektor mineral dan batu bara (sekitar 80 persen), diikuti sektor migas (sekitar 10 persen). Sisa kontribusi akan berasal dari sektor perkebunan, kelautan, perikanan, kehutanan, dan sektor lainnya. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas domestik dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Potensi Besar Sumber Daya Alam Indonesia
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, sebelumnya menyatakan bahwa hilirisasi komoditas mineral dan batu bara merupakan kunci penting untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar delapan persen per tahun. Pemerintah telah mengidentifikasi 28 komoditas hilirisasi, dengan sekitar 91 persen dari total investasi terkonsentrasi di sektor ESDM, khususnya minerba dan migas.
Indonesia memang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Indonesia menduduki peringkat teratas dunia dalam cadangan nikel (42 persen cadangan global), dan juga menempati posisi penting untuk komoditas lain seperti bauksit (peringkat 4 dunia dengan 9,8 persen cadangan global), tembaga (peringkat 9 dunia dengan 2 persen cadangan global), emas (peringkat 4 dunia dengan 5,8 persen cadangan global), timah (peringkat 1 dunia dengan 34,47 persen cadangan global), dan batu bara (peringkat 6 dunia dengan 3 persen cadangan global).
Potensi besar ini menjadi dasar optimisme pemerintah dalam mencapai target investasi hilirisasi. Dengan mengolah sumber daya alam menjadi produk bernilai tambah, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Strategi Hilirisasi dan Dampaknya
Hilirisasi, atau pengolahan sumber daya alam di dalam negeri, merupakan strategi kunci dalam upaya Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dari kekayaan alamnya. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk jadi, Indonesia dapat meningkatkan pendapatan dari ekspor dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah yang harganya fluktuatif.
Investasi besar-besaran yang ditargetkan akan berdampak positif pada berbagai sektor. Selain peningkatan PDB dan ekspor, hilirisasi juga akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan teknologi di dalam negeri, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global.
Namun, keberhasilan program hilirisasi juga bergantung pada berbagai faktor, termasuk regulasi yang mendukung, infrastruktur yang memadai, dan ketersediaan sumber daya manusia yang terampil. Pemerintah perlu memastikan bahwa semua faktor ini terpenuhi untuk mencapai target investasi yang ambisius ini.
Program hilirisasi ini diharapkan dapat membawa Indonesia menuju perekonomian yang lebih maju dan berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.