Investasi SDM: Kunci Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Kata Wamendiktisaintek
Wakil Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) menekankan pentingnya investasi sumber daya manusia (SDM) sebagai kunci utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendorong peningkatan riset, pendidikan vokasi, dan adaptasi terhadap perkemban

Jakarta, 14 Maret 2024 - Wakil Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat lalu, menegaskan bahwa investasi pada sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pernyataan ini disampaikan menanggapi rendahnya peringkat Indonesia dalam hal modal manusia dan riset dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Wamendiktisaintek juga menyoroti pentingnya adaptasi sistem pendidikan terhadap perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI).
Menurut Wamendiktisaintek, terdapat dua faktor krusial yang perlu diperkuat oleh perguruan tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi: research mindset dan tersedianya tenaga kerja yang terspesialisasi dan adaptif. Ia menekankan perlunya pembelajaran dari negara-negara tetangga yang telah memprioritaskan riset dan pengembangan teknologi dalam sistem pendidikan mereka. "Kita harus belajar dari negara-negara tetangga yang menempatkan riset dan pengembangan teknologi sebagai prioritas utama dalam sistem pendidikannya," ujar Stella.
Data dari World Intellectual Property Organization menunjukkan posisi Indonesia yang masih tertinggal. Indonesia berada di peringkat 91 untuk human capital & research, peringkat 78 untuk business sophistication, dan peringkat 73 untuk knowledge and technology output. Hal ini menggarisbawahi urgensi peningkatan kualitas SDM dan kapasitas riset di Indonesia.
Pentingnya Pendidikan Vokasi dan Adaptasi terhadap AI
Stella Christie juga menyoroti pentingnya peran pendidikan vokasi dalam menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Rendahnya jumlah pendidikan tinggi vokasi di Indonesia, hanya delapan persen, menjadi perhatian serius. Ia membandingkannya dengan negara-negara maju seperti Jerman, Austria, dan Denmark, di mana sistem apprenticeship atau pelatihan kerja di industri mencakup lebih dari 50 persen masa studi. "Jumlah pendidikan tinggi vokasi di Indonesia masih sangat rendah, hanya delapan persen. Padahal, di negara-negara maju seperti Jerman, Austria, dan Denmark, sistem apprenticeship atau pelatihan kerja di industri mencakup lebih dari 50 persen dari masa studi," jelasnya.
Lebih lanjut, Wamendiktisaintek menekankan perlunya adaptasi sistem pendidikan terhadap perkembangan pesat teknologi AI. Ia mengidentifikasi tiga keterampilan utama yang harus dikuasai oleh tenaga kerja masa depan: AI literacy (melek AI), kemampuan berpikir kritis dan adaptif (ability to make exceptions), serta keterampilan yang berfokus pada manusia (human-focused skills). "Kita harus membangun generasi yang mampu memahami AI, memiliki keterampilan berpikir kritis, serta mengembangkan kecerdasan emosional yang tidak dapat digantikan oleh teknologi," tegasnya.
Kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi menjadi sangat krusial. Kurikulum pendidikan perlu dirancang agar mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki keahlian teknis, tetapi juga memiliki kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan berkolaborasi. Hal ini akan memastikan kesiapan lulusan dalam menghadapi tantangan di dunia kerja yang terus berkembang.
Investasi SDM: Jembatan Menuju Pertumbuhan Ekonomi
Wamendiktisaintek mendorong seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk berinvestasi di bidang SDM. Investasi ini bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan berkualitas di berbagai sektor. Hal ini selaras dengan fokus utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yaitu penciptaan lapangan kerja di Indonesia. "Hal ini sejalan dengan fokus utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yaitu penciptaan lapangan kerja di Indonesia, di mana ekosistem pendidikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi," tutup Stella.
Dengan meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan yang relevan dan berfokus pada riset, Indonesia dapat memperkuat daya saingnya di kancah global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peran pendidikan vokasi dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi AI menjadi kunci dalam mencapai tujuan tersebut.