Jalan Trans-Timor Kembali Normal Setelah Longsor di TTS
Penjabat Gubernur NTT mengapresiasi percepatan penanganan longsor di jalan Trans-Timor yang mengakibatkan jalur tersebut kembali dapat dilalui kendaraan setelah sempat terputus akibat bencana alam.

Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Andriko Noto Susanto, menyampaikan apresiasinya kepada Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT atas respon cepat dalam membersihkan material longsor di jalur jalan Trans-Timor. Berkat kerja keras mereka, jalur tersebut kini sudah kembali dapat dilalui kendaraan. Kejadian ini terjadi di Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Sebelumnya, akses jalan Trans-Timor sempat terputus total pada Selasa (28/1) karena longsor di Desa Oebobo, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten TTS. Material longsor menutup jalan, menghentikan aktivitas kendaraan dari Kupang menuju TTS, TTU, Malaka, Belu, bahkan Timor Leste, dan sebaliknya. Penutupan jalan ini berdampak signifikan terhadap perekonomian, terutama arus barang dan jasa antara Kupang dan kabupaten-kabupaten lain.
Longsor tersebut disebabkan oleh turap pengaman yang roboh akibat tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir. Gubernur Andriko, yang telah meninjau lokasi, menekankan pentingnya perbaikan segera agar jalur dua arah dapat kembali normal dan lancar, terutama mengingat kepadatan lalu lintas dari TTS ke Kupang. Ia berharap proses perbaikan berlangsung cepat dan efektif.
Kepala BPJN NTT, Agustinus Junto, menjelaskan bahwa dibutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk membangun bronjong di lokasi longsor sebagai langkah awal pencegahan longsor susulan. Proses pembangunan bronjong ini penting karena bentuk jalan yang menyerupai huruf 'S' membutuhkan kehati-hatian ekstra untuk mencegah terjadinya longsor di lokasi yang sama. Pihaknya berkomitmen untuk segera menyelesaikan perbaikan jalan tersebut.
Perbaikan jalan Trans-Timor yang ambrol ini menjadi prioritas utama. BPJN NTT menargetkan penyelesaian dalam waktu 14 hari. Dengan selesainya perbaikan diharapkan arus lalu lintas dan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut bisa kembali normal dan lancar seperti sedia kala. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya antisipasi dan mitigasi bencana alam, khususnya dalam menjaga infrastruktur jalan di daerah rawan longsor.
Proses perbaikan jalan Trans-Timor yang cepat menunjukkan sinergi yang baik antara pemerintah provinsi, BPJN NTT, dan pemerintah daerah setempat. Respon cepat ini sangat penting untuk meminimalkan dampak ekonomi dan sosial akibat bencana alam tersebut. Dengan jalur yang kembali lancar, aktivitas perekonomian di wilayah tersebut dapat kembali pulih.
Kejadian ini juga menyoroti pentingnya perawatan dan peningkatan infrastruktur jalan di daerah rawan bencana. Investasi dalam infrastruktur yang lebih tahan terhadap bencana alam menjadi kunci untuk menjaga konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di NTT.