Kaltim Hadapi Banjir: Kolaborasi Antar Instansi Pacu Penanganan Bencana
Banjir melanda sejumlah wilayah Kalimantan Timur akibat curah hujan tinggi; BPBD Kaltim berkolaborasi dengan berbagai instansi dan relawan untuk melakukan penanganan bencana dan memberikan bantuan.
Banjir yang melanda beberapa wilayah di Kalimantan Timur (Kaltim) memaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kaltim untuk memperkuat kerja sama antar instansi. Curah hujan ekstrem beberapa waktu terakhir menjadi penyebab utama bencana ini, terutama di wilayah utara Kaltim seperti Samarinda, Kutai Kartanegara (Kukar), Kutai Barat, dan Kutai Timur.
Kepala BPBD Kaltim, Agus Tianur, menjelaskan bahwa curah hujan di atas 100 mm sangat signifikan dampaknya. Genangan air yang cukup tinggi di beberapa daerah mengganggu aktivitas ekonomi warga. Beberapa wilayah terdampak parah antara lain Kelurahan Pampang, Sungai Siring, Bengkuring, dan Griya Mukti di Samarinda; Sangatta di Kutai Timur; dan beberapa area di Kutai Barat.
Penanganan banjir dilakukan secara terpadu melibatkan Polri, TNI, Basarnas, relawan, dan masyarakat. BPBD Kaltim mendirikan posko dapur umum di Pampang dan Bengkuring untuk menyediakan makanan bagi warga terdampak. Evakuasi warga juga dibantu dengan perahu untuk menjangkau area tergenang.
Kerja sama dalam penanganan banjir ini melibatkan unsur pentahelix. Pemerintah diwakili BPBD Provinsi Kaltim, BPBD Kota Samarinda, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Dinas PUPR. Swasta diwakili PLN dan Balai Wilayah Sungai (BWS) IV Samarinda. Keterlibatan masyarakat sangat terasa lewat relawan dari berbagai organisasi seperti Posko Relawan Katana Sempaja Timur, Tagana, PMI, Banser, TRC-ITS, PSM, Redkarmod Posko V, dan Abu Najuar. TRC-ITS mewakili akademisi, sementara media massa berperan menyebarkan informasi.
Prioritas penanganan meliputi evakuasi warga, pendirian posko darurat, distribusi kebutuhan dasar, dan layanan kesehatan. Agus Tianur menyebutkan bahwa bantuan sembako, perlengkapan bayi, ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan lansia sangat dibutuhkan saat ini.
Masyarakat diimbau tetap waspada, mengikuti arahan petugas, dan menjaga anak-anak agar tidak bermain di dekat area banjir. Kewaspadaan terhadap hewan berbahaya seperti ular juga perlu ditingkatkan. Penanganan banjir ini menunjukkan sinergi berbagai pihak untuk meminimalisir dampak dan membantu masyarakat pulih,” kata Agus Tianur.
Kesimpulannya, penanganan banjir di Kaltim menjadi contoh nyata kolaborasi efektif antar instansi dan masyarakat. Kerja sama ini sangat penting untuk mengatasi dampak bencana dan memastikan pemulihan yang cepat bagi warga terdampak. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana serupa di masa mendatang.