Kementan Ajak Industri Pakan Stabilkan Harga Ayam Hidup
Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak industri pakan dan rantai pasok perunggasan untuk menyerap ayam hidup dari peternak rakyat guna menstabilkan harga dan menjaga keberlanjutan usaha.

Jakarta, 25 April 2024 - Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil langkah proaktif untuk mengatasi fluktuasi harga ayam hidup (livebird) di Indonesia. Melalui rapat koordinasi, Kementan mendorong industri pakan dan seluruh pelaku usaha di rantai pasok perunggasan untuk meningkatkan penyerapan ayam hidup langsung dari peternak rakyat. Langkah ini bertujuan ganda: menjaga keberlanjutan usaha peternakan dan menstabilkan harga ayam di tingkat produsen.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. "Langkah ini penting untuk menjaga keberlanjutan usaha peternakan unggas sekaligus menstabilkan harga ayam di tingkat produsen," tegas Agung dalam keterangan resmi. Ia meminta perusahaan pakan terintegrasi, pabrik pakan non-budidaya, dan pedagang bahan baku pakan untuk aktif menyerap livebird dari peternak.
Agung menambahkan bahwa seluruh bentuk dukungan yang diberikan harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH). Hal ini sebagai bentuk komitmen nyata dari pihak swasta dalam upaya pemerintah menjaga stabilitas harga livebird. "Termasuk kepada para trader bahan pakan unggas, Saudara-Saudara juga kami minta ikut menyerap ayam dari peternak karena Saudara adalah bagian dari mata rantai bisnis pakan," imbuh Agung.
Industri Pakan: Pilar Penting Stabilitas Harga Ayam
Peran industri pakan dalam menjaga stabilitas harga ayam hidup sangat krusial. Lebih dari 70 persen total biaya budidaya ayam ditentukan oleh biaya pakan. Data tahun 2024 menunjukkan produksi pakan nasional mencapai 18,4 juta ton, dengan 97 persen di antaranya diperuntukkan bagi unggas. Harga pakan yang tinggi tanpa diimbangi harga jual livebird yang memadai akan berdampak negatif terhadap peternak rakyat.
Agung mengingatkan, "Jika peternak berhenti produksi maka permintaan terhadap pakan juga akan menurun, dan itu merugikan semua pihak." Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara Kementan dan industri pakan menjadi kunci keberhasilan stabilisasi harga. Keterlibatan aktif industri pakan bukan hanya soal bisnis, tetapi juga demi menjaga ketahanan pangan nasional.
Hal senada disampaikan Direktur Pakan Ditjen PKH Kementan, Nur Saptahidhayat. Ia menekankan bahwa intervensi harga livebird dan distribusi pakan hanya efektif jika dilakukan secara kolaboratif. Nur berharap industri pakan menunjukkan empati dan komitmen nyata terhadap peternak sebagai mitra utama mereka. "Kami menunggu komitmen konkret Saudara-Saudara. Ini bukan sekadar soal bisnis, tapi juga soal keberlanjutan pangan nasional," tegas Nur.
Konsumsi Ayam Tinggi, Harga Stabil Jadi Kunci
Tingginya konsumsi ayam di Indonesia menjadi latar belakang pentingnya stabilisasi harga. Data menunjukkan 94 dari 100 penduduk mengonsumsi telur ayam, dan 66 dari 100 penduduk mengonsumsi daging ayam setiap tahunnya. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan konsumsi daging sapi yang hanya 7 dari 100 penduduk. Dengan demikian, stabilitas harga ayam sangat penting untuk menjamin akses masyarakat terhadap protein hewani yang terjangkau.
Keterjangkauan harga ayam menjadi faktor kunci dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat Indonesia, terutama mengingat variabilitas pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, upaya Kementan untuk menstabilkan harga ayam hidup tidak hanya berdampak pada peternak, tetapi juga pada seluruh masyarakat Indonesia.
Stabilitas harga ayam hidup memerlukan komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan. Kolaborasi antara Kementan, industri pakan, dan seluruh rantai pasok perunggasan menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga keberlanjutan usaha peternakan dan ketersediaan protein hewani bagi masyarakat.
Upaya ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional dan memastikan akses masyarakat terhadap pangan yang terjangkau dan bergizi.