Kesadaran Warga, Kunci Utama Cegah Banjir di Tangerang
Wakil Wali Kota Tangerang, Maryono Hasan, menekankan pentingnya kesadaran lingkungan dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah banjir di Kota Tangerang, meskipun status siaga bencana hidrometeorologi telah dicabut.

Banjir dan genangan masih menjadi ancaman serius di Kota Tangerang. Wakil Wali Kota Tangerang, Maryono Hasan, pada Jumat lalu, menegaskan bahwa kesadaran warga dalam menjaga lingkungan merupakan kunci utama pencegahannya. Hal ini disampaikan menyusul berakhirnya status siaga bencana hidrometeorologi di wilayah tersebut. Perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam pengelolaan sampah dan pemeliharaan saluran air, menjadi faktor penentu.
Menurut Maryono Hasan, hujan deras dengan durasi panjang telah menjadi hal biasa di Kota Tangerang. Infrastruktur yang telah dibangun pemerintah menjadi kurang efektif jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan. "Kesiapsiagaan menjadi kebutuhan yang mendesak dalam mencegah terjadinya bencana. Hujan deras dengan durasi panjang sudah menjadi hal yang rutin. Maka genangan dan banjir sulit dihindari," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya keserasian kolektif antara pemerintah dan masyarakat. "Pemerintah sudah membangun infrastruktur, tapi kalau warga masih membuang sampah sembarangan, ya tetap akan banjir. Keserasian kolektif ini kunci utama," tegas Maryono Hasan. Oleh karena itu, perubahan perilaku masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan banjir.
Peran Penting Program Kelurahan Tangguh Bencana
Program Kelurahan Tangguh Bencana di Kota Tangerang juga mendapat sorotan. Maryono Hasan menekankan bahwa program ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebagai wadah pemberdayaan warga. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemandirian, kesiapsiagaan, dan ketangguhan warga dalam menghadapi bencana.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, "Program ini harus jadi ruang belajar bersama, agar warga tidak hanya tahu cara menyelamatkan diri, tapi juga bisa membantu tetangga dan lingkungannya." Dengan demikian, program ini diharapkan dapat menciptakan rasa tanggung jawab kolektif dalam menjaga lingkungan dan mengurangi risiko bencana.
Wakil Wali Kota juga mengajak seluruh masyarakat, baik warga asli maupun pendatang, untuk bersama-sama menjaga Kota Tangerang. "Warga asli maupun pendatang, semuanya punya tanggung jawab yang sama untuk menjaga Kota Tangerang. Dengan kebersamaan, kita bisa menghadapi apapun," ujarnya. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.
Ia menambahkan bahwa kesadaran kolektif untuk menjaga kebersihan lingkungan dan memelihara saluran air merupakan upaya yang sangat penting dalam mencegah banjir. Dengan begitu, infrastruktur yang telah dibangun pemerintah dapat berfungsi secara optimal.
Pencabutan Status Siaga Bencana Hidrometeorologi
Pemerintah Kota Tangerang sebelumnya telah mengumumkan pencabutan status Siaga Bencana Hidrometeorologi. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan penurunan intensitas curah hujan dan membaiknya kondisi cuaca. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi bersama antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kota Tangerang, Mahdiar, menjelaskan bahwa meskipun status siaga telah dicabut, kewaspadaan tetap dijaga. "Walaupun status siaga tidak diperpanjang, kami tetap siaga. Kami juga terus memantau kondisi cuaca melalui koordinasi rutin dengan BMKG," katanya. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk tetap siaga dan memantau perkembangan cuaca secara berkala.
Kesimpulannya, upaya pencegahan banjir di Kota Tangerang tidak hanya bergantung pada infrastruktur, tetapi juga pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Perubahan perilaku, pengelolaan sampah yang baik, dan pemeliharaan saluran air menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang aman dari ancaman banjir.