KPK: 123 Menteri Kabinet Merah Putih Lapor LHKPN
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan 123 dari 124 menteri Kabinet Merah Putih telah melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), dengan satu menteri lainnya memiliki batas waktu pelaporan hingga Maret 2025.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini mengumumkan bahwa hampir seluruh anggota Kabinet Merah Putih telah menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Dari total 124 menteri dan pejabat setingkat menteri, sebanyak 123 orang telah memenuhi kewajiban pelaporan ini. Satu pejabat terakhir, yang dilantik pada 6 Desember 2024, memiliki batas waktu pelaporan hingga 6 Maret 2025.
Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK, Pahala Nainggolan, menjelaskan bahwa ke-123 pejabat tersebut telah memenuhi kewajiban pelaporan karena pelantikan mereka sebelum 21 Oktober 2024. Ia menegaskan fokus saat ini adalah pada 123 laporan yang sudah masuk. Pelaporan LHKPN merupakan bagian penting dari upaya transparansi dan pencegahan korupsi.
Dari 123 pelaporan LHKPN, 65 merupakan pelaporan rutin dari pejabat yang sebelumnya sudah pernah menjabat posisi penyelenggara negara. Sementara 58 lainnya merupakan pelaporan dari pejabat yang baru pertama kali menjabat. KPK telah mempublikasikan 14 LHKPN dari kelompok 58 pejabat tersebut di situs resmi mereka, e-lhkpn.kpk.go.id. Sisanya ditargetkan akan dipublikasikan dalam waktu dua minggu mendatang.
Pahala Nainggolan menambahkan bahwa setelah laporan diterima, KPK melakukan verifikasi administrasi untuk memastikan kelengkapan dan keabsahan dokumen. Proses ini merupakan prosedur standar dalam pengelolaan LHKPN. Sistem LHKPN sendiri dirancang untuk meningkatkan transparansi kekayaan pejabat publik dan mempermudah pengawasan dari masyarakat.
Publik secara terbuka dapat mengakses dan memantau LHKPN para pejabat melalui situs web KPK. Hal ini menjadi bentuk pertanggungjawaban publik dan mekanisme pengawasan yang penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Dengan akses yang mudah, masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi aset para pejabat negara.
Sistem LHKPN menjadi instrumen pencegahan korupsi yang efektif. Transparansi aset pejabat negara menjadi kunci untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Inisiatif ini juga memperkuat kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
Kesimpulannya, langkah KPK dalam menindaklanjuti pelaporan LHKPN dari Kabinet Merah Putih menunjukkan komitmen dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas pemerintahan. Publikasi data LHKPN ini juga memperkuat peran masyarakat dalam mengawasi kekayaan para pejabat publik. Dengan demikian, diharapkan dapat mencegah tindak pidana korupsi dan memperkuat kepercayaan publik terhadap pemerintah.