Kualitas Udara Jakarta Sedang, Peringkat 85 Dunia
Pada Rabu pagi, kualitas udara Jakarta tercatat sedang (AQI 55), peringkat ke-85 dunia terburuk menurut IQAir, meski tak berdampak signifikan pada kesehatan manusia namun tetap perlu diwaspadai.
![Kualitas Udara Jakarta Sedang, Peringkat 85 Dunia](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/070037.261-kualitas-udara-jakarta-sedang-peringkat-85-dunia-1.jpg)
Pagi Rabu, kualitas udara Jakarta berada pada kategori sedang. Data dari situs pemantau kualitas udara IQAir menunjukkan Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta mencapai angka 55 pada pukul 06.00 WIB, dengan konsentrasi partikel halus PM2.5 yang terukur. Posisi ini menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk ke-85 di dunia.
Sebagai perbandingan, Dhaka (Bangladesh) memimpin daftar kota dengan kualitas udara terburuk dengan AQI 246, diikuti Delhi (India) dengan 208 dan Tashkent (Uzbekistan) dengan 181. Perbedaan angka ini menunjukkan disparitas kualitas udara antar negara dan menunjukkan perlunya upaya berkelanjutan untuk memperbaiki kualitas udara.
Sementara itu, data Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengklasifikasikan kualitas udara Jakarta sebagai 'sedang' atau nilai estetika, dengan rentang PM2.5 51-100. Meskipun kategori ini menunjukkan udara tak berpengaruh signifikan pada kesehatan manusia dan hewan, dampaknya terhadap tumbuhan sensitif dan nilai estetika perlu diperhatikan.
Pemantauan ISPU di beberapa titik Jakarta menunjukkan angka bervariasi: Bundaran HI (65), Kelapa Gading (57), Jagakarsa (65), Kebon Jeruk (65), dan Lubang Buaya (51). Variasi ini mengindikasikan adanya perbedaan kualitas udara di berbagai wilayah Jakarta, yang perlu menjadi perhatian dalam strategi perbaikan kualitas udara di masa mendatang.
Meskipun kualitas udara Jakarta saat ini tergolong sedang dan tidak membahayakan kesehatan secara langsung, penting untuk terus memantau perkembangannya. Pencemaran udara merupakan isu kompleks yang membutuhkan penanganan terpadu dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat.
Upaya untuk mengurangi polusi udara, seperti peningkatan transportasi publik, penerapan standar emisi yang lebih ketat, dan penghijauan perkotaan, sangat krusial dalam jangka panjang. Kolaborasi dan kesadaran kolektif sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Kesimpulannya, Jakarta perlu tetap waspada terhadap kualitas udaranya meskipun saat ini tergolong sedang. Pemantauan dan upaya perbaikan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan kesehatan warga Jakarta dan menjaga lingkungan yang lebih baik.