MTI Desak Pemerintah Tutup Perlintasan Kereta Api Liar: Tingkat Kecelakaan Meningkat
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mendesak pemerintah menutup perlintasan kereta api liar untuk mencegah kecelakaan, mengingat angka kecelakaan yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir.

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mendesak pemerintah untuk segera menutup seluruh perlintasan kereta api (KA) sebidang liar. Hal ini disampaikan menyusul tingginya angka kecelakaan di perlintasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan peningkatan signifikan, mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka yang cukup banyak. Langkah penutupan ini dinilai sebagai solusi untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan kereta api.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI Pusat, Djoko Setijowarno, menyatakan bahwa penutupan perlintasan sebidang liar dan penggantiannya dengan perlintasan tak sebidang, seperti flyover atau underpass, merupakan solusi yang tepat. Pernyataan ini didasarkan pada pasal 94 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, yang mewajibkan pemerintah menutup perlintasan sebidang yang tidak berizin. Djoko menekankan pentingnya tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam menangani masalah ini, sesuai dengan kewenangan masing-masing atas jalan nasional, provinsi, dan kabupaten.
Perlintasan sebidang, menurut Djoko, sangat rawan kecelakaan, terutama bagi pengguna jalan yang belum familiar dengan jalur tersebut. Data PT KAI tahun 2025 menunjukkan total 3.896 perlintasan sebidang, dengan 1.093 di antaranya merupakan perlintasan liar. Angka kecelakaan di perlintasan sebidang meningkat dari 269 kejadian pada tahun 2020 menjadi 337 kejadian pada tahun 2024, dengan total korban mencapai 1.226 orang selama periode 2020-2024. Korban terdiri dari 450 meninggal dunia, 318 luka berat, dan 458 luka ringan.
Perlintasan Liar: Ancaman Nyata di Malam Hari dan Perdesaan
Djoko Setijowarno juga menyoroti peningkatan kecelakaan di perlintasan sebidang pada malam hari, khususnya di daerah perdesaan. Ia menjelaskan bahwa sistem penjagaan pintu perlintasan yang hanya beroperasi pada jam-jam tertentu tidak lagi efektif mengingat aktivitas masyarakat yang berlangsung 24 jam. "Kalau malam tidak dijaga, sehingga pelintas kurang mengetahui, karena tidak mau memperhatikan keberadaan rambu dan marka. Sebaiknya perlintasan yang dijaga 24 jam, jika tidak ada penjaga sebaiknya jalur perlintasan sebidang itu ditutup dengan memasang palang," kata Djoko.
Selain itu, Djoko menekankan pentingnya peningkatan kewaspadaan di perlintasan sebidang, terutama di jalan desa dan pada malam hari. Kerja sama dan koordinasi dengan pemerintah desa dianggap krusial dalam upaya pencegahan kecelakaan. Ia juga menyarankan pemasangan palang di perlintasan sebidang yang tidak dijaga 24 jam sebagai langkah keamanan tambahan.
Sebagai upaya mengurangi risiko kecelakaan, peningkatan kesadaran dan kewaspadaan pengguna jalan sangat penting. Kampanye keselamatan dan edukasi publik mengenai bahaya perlintasan sebidang perlu digalakkan secara intensif. Hal ini penting untuk mengubah perilaku pengguna jalan agar lebih berhati-hati dan mematuhi peraturan lalu lintas di sekitar perlintasan kereta api.
Langkah Konkret Penutupan Perlintasan Liar
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 1 Jakarta telah menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan keselamatan dengan menutup 40 titik perlintasan kereta api sebidang liar sejak tahun 2023 hingga awal 2025. Penutupan ini dilakukan secara bertahap, dengan 15 titik ditutup pada tahun 2023, 24 titik pada tahun 2024, dan satu titik pada awal 2025. Langkah ini patut diapresiasi, namun perlu diperluas cakupannya untuk mencakup seluruh perlintasan liar yang masih beroperasi.
Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang cukup untuk membangun perlintasan tak sebidang sebagai pengganti perlintasan sebidang liar. Proses perencanaan dan pembangunan harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, PT KAI, dan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua pengguna jalan.
Penutupan perlintasan kereta api sebidang liar merupakan langkah penting untuk mengurangi angka kecelakaan dan meningkatkan keselamatan. Dengan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, diharapkan upaya ini dapat menciptakan sistem transportasi kereta api yang lebih aman dan efisien.
Ke depan, perlu adanya evaluasi berkala terhadap efektivitas langkah-langkah yang telah dilakukan. Data kecelakaan harus terus dipantau dan dianalisis untuk mengidentifikasi area yang masih berisiko tinggi. Dengan demikian, upaya pencegahan kecelakaan dapat terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.