Pawai Budaya Meriah Sambut Nyepi di Banyuwangi: Ribuan Umat Hindu Tampilkan Ogoh-ogoh Spektakuler
Ribuan umat Hindu Banyuwangi gelar pawai budaya spektakuler dengan puluhan ogoh-ogoh, simbolisasi penyucian diri sebelum Hari Raya Nyepi, di tengah semangat toleransi yang tinggi.

Ribuan umat Hindu di Banyuwangi, Jawa Timur, merayakan Hari Raya Nyepi dengan menggelar pawai budaya yang meriah pada Sabtu, 22 Maret 2024. Pawai yang dipusatkan di sekitar RTH Karetan, Kecamatan Purwoharjo, ini menampilkan puluhan ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk dan ukuran yang menakjubkan. Acara ini bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga menjadi bukti nyata semangat toleransi dan keberagaman di Banyuwangi.
Pawai ogoh-ogoh, yang diarak oleh pemuda Hindu dari berbagai Sekaa Teruna Teruni (STT), menampilkan patung-patung besar yang merepresentasikan Bhuta Kala, simbol sifat-sifat negatif dalam diri manusia dan alam semesta. Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, menekankan pentingnya pelestarian tradisi ini sebagai aset berharga yang memperkuat persatuan dan kebhinnekaan. Beliau juga mengapresiasi berlangsungnya pawai ini meskipun bertepatan dengan bulan puasa, sebagai bukti nyata toleransi antarumat beragama di Banyuwangi.
Ketua PHDI Banyuwangi, Sardiyanto, menjelaskan bahwa pawai budaya ini diikuti sekitar tiga ribu umat Hindu dari Kecamatan Purwoharjo, Bangorejo, dan Kampung Bali, Patoman. Beliau menambahkan bahwa ogoh-ogoh tersebut merupakan simbol Bhuta Kala atau energi negatif yang harus dinetralisir sebelum memasuki kesucian Hari Raya Nyepi dengan Catur Brata Penyepian. Setelah diarak, ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan diri dan alam semesta. Suasana pawai semakin meriah dengan iringan gamelan Bali yang mengalun merdu.
Ogoh-ogoh: Simbol Bhuta Kala dan Penyucian Diri
Puluhan ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk dan ukuran menjadi daya tarik utama pawai budaya Nyepi di Banyuwangi. Kreasi ogoh-ogoh tahun ini sangat beragam, mulai dari figur-figur mitologis hingga raksasa menyeramkan yang memukau para penonton. Setiap ogoh-ogoh memiliki makna dan simbolisme tersendiri dalam tradisi Hindu Bali. Pembuatan ogoh-ogoh ini melibatkan kreativitas dan keahlian para seniman lokal, sehingga menghasilkan karya seni yang unik dan bernilai tinggi.
Proses pembuatan ogoh-ogoh sendiri membutuhkan waktu dan persiapan yang matang. Mulai dari perencanaan desain, pemilihan bahan, hingga proses pengerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Hal ini menunjukkan dedikasi dan komitmen tinggi umat Hindu Banyuwangi dalam melestarikan tradisi leluhur.
Setelah diarak keliling, ogoh-ogoh tersebut akan dibakar sebagai simbol pemusnahan Bhuta Kala atau energi negatif. Upacara pembakaran ogoh-ogoh ini merupakan bagian penting dari perayaan Nyepi, yang bertujuan untuk menyucikan diri dan alam semesta, menyambut tahun baru Saka dengan hati dan pikiran yang bersih.
Semangat Toleransi Antarumat Beragama di Banyuwangi
Pawai budaya Nyepi di Banyuwangi tidak hanya menampilkan keindahan seni dan tradisi, tetapi juga menjadi bukti nyata semangat toleransi antarumat beragama di daerah tersebut. Terselenggaranya pawai ini di tengah bulan puasa Ramadan menunjukkan adanya saling pengertian dan penghormatan di antara umat beragama.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan keagamaan dan kebudayaan seluruh masyarakat, sebagai bagian dari upaya merawat kebhinnekaan dan memperkuat persatuan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menciptakan suasana harmonis dan kondusif bagi seluruh warganya.
Keberhasilan penyelenggaraan pawai budaya Nyepi ini menjadi contoh yang baik bagi daerah lain di Indonesia, bagaimana keberagaman dapat dirayakan dan dijaga dengan penuh toleransi dan saling menghormati. Semangat ini perlu terus dijaga dan dilestarikan untuk menciptakan Indonesia yang lebih rukun dan damai.
Pawai budaya Nyepi di Banyuwangi tahun ini menjadi momen yang tak terlupakan, menampilkan keindahan seni dan tradisi, serta menjadi bukti nyata semangat toleransi dan keberagaman yang hidup subur di Banyuwangi. Semoga tradisi ini dapat terus dilestarikan untuk generasi mendatang.