Perbankan Syariah: Jembatan Hadapi Tantangan Industri Halal Indonesia
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menekankan peran krusial perbankan syariah dalam mengatasi tantangan industri halal Indonesia, termasuk sertifikasi, logistik, dan pembiayaan.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, atau yang akrab disapa Tiko, mengungkapkan peran penting perbankan syariah dalam menghadapi tantangan industri halal Indonesia. Pernyataan ini disampaikannya dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025 di Jakarta, Selasa, 29 April. Tiko menyoroti berbagai kendala yang dihadapi industri halal, mulai dari proses sertifikasi yang masih berlangsung hingga keterbatasan pengembangan logistik halal.
Menurut Tiko, industri halal masih menghadapi banyak tantangan, terutama dari sisi permintaan. Proses sertifikasi halal yang rumit, struktur industri yang belum ideal, dan pengembangan logistik halal yang masih terbatas menjadi beberapa kendala utama. Ia menekankan bahwa perbankan syariah memiliki peran strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut dan memberikan solusi konkret di setiap tahapan rantai pasok industri halal.
Lebih lanjut, Tiko menjelaskan bahwa perbankan syariah dapat mendorong penawaran melalui pembiayaan sektor-sektor strategis nasional, khususnya yang fokus pada hilirisasi industri halal. Bank syariah juga didorong untuk memprioritaskan sektor halal dalam portofolio pembiayaannya dan mendorong para klien untuk memperoleh sertifikasi halal. Dengan demikian, perbankan syariah dapat berkontribusi pada penguatan dan pertumbuhan ekonomi halal secara keseluruhan.
Peran Strategis Bank Syariah dalam Industri Halal
Tiko memaparkan potensi besar pembiayaan berbasis syariah untuk menggerakkan berbagai sektor, terutama sektor konsumer dan riil. Hal ini dapat dicapai melalui produk-produk perbankan syariah yang inovatif dan kompetitif. Namun, ia juga mengakui bahwa penetrasi pembiayaan berbasis syariah di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain dengan populasi Muslim yang besar.
Keberhasilan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) masuk dalam jajaran 10 besar Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar menunjukkan tingginya preferensi terhadap pembiayaan syariah. Ini sekaligus menandakan potensi pertumbuhan BSI yang besar, terutama di sektor pembiayaan korporasi syariah global.
Tiko menekankan perlunya inovasi untuk mengatasi kesenjangan antara permintaan dan penawaran di sektor keuangan dan industri halal. Banyak pelaku industri halal yang belum familiar dengan produk-produk keuangan syariah, sementara lembaga jasa keuangan kesulitan mengidentifikasi pelaku industri halal. Oleh karena itu, pengembangan produk perbankan syariah yang inovatif dan kompetitif, serta sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, menjadi sangat penting.
Sinergi dan Kolaborasi untuk Kemajuan Ekonomi Syariah
Untuk memaksimalkan potensi ekonomi syariah dalam mendukung pengembangan sektor riil di Indonesia, Tiko menekankan pentingnya kerja sama intensif antara industri keuangan syariah, Dewan Syariah Nasional, dan pemangku kepentingan lainnya. Kerja sama ini bertujuan untuk mempelajari praktik terbaik global dan memastikan produk keuangan syariah memenuhi kebutuhan pelanggan serta mematuhi standar syariah.
Potensi pendanaan yang diperkirakan mencapai Rp212 triliun dan potensi pembiayaan sebesar Rp158 triliun dalam ekosistem industri halal menunjukkan peluang pertumbuhan yang sangat besar. Lembaga jasa keuangan seperti BSI memiliki peran penting dalam mendukung percepatan ekonomi syariah di Indonesia. Tiko berharap dengan kolaborasi yang kuat, tantangan yang dihadapi industri halal dapat diatasi dan potensi ekonomi syariah dapat terwujud secara optimal.
Dengan demikian, peran perbankan syariah tidak hanya sebatas menyediakan pembiayaan, tetapi juga sebagai katalis dalam pengembangan dan pertumbuhan industri halal Indonesia yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong ekonomi syariah sebagai salah satu pilar perekonomian nasional.