Perpusnas Prioritaskan Layanan Publik dan Bacaan Bermutu Meski Anggaran Efisien
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) tetap prioritaskan layanan publik dan distribusi buku, meski anggaran tahun 2025 mengalami efisiensi signifikan, namun kekhawatiran muncul terkait pelestarian naskah kuno.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, E. Aminudin Aziz, memastikan bahwa layanan publik dan penyediaan bacaan bermutu tetap menjadi prioritas utama Perpusnas, meskipun anggaran tahun 2025 mengalami efisiensi. Hal ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi X DPR RI pada Kamis (24/4) di Jakarta. RDP tersebut membahas progres pelaksanaan program kerja dan dukungan anggaran Perpusnas untuk Tahun Anggaran (TA) 2025. Perpusnas berkomitmen untuk tetap melayani masyarakat dengan maksimal, termasuk mempertahankan program distribusi 1.000 buku ke 10.000 titik layanan.
Aminudin menjelaskan bahwa pagu anggaran Perpusnas TA 2025 awalnya sebesar Rp721.684.480.000, namun mengalami efisiensi sebesar Rp279.858.332.000 (38,78 persen). Dengan demikian, alokasi anggaran yang tersedia menjadi Rp441.826.148.000 (61,22 persen dari pagu awal). Meskipun terjadi efisiensi anggaran, Perpusnas memastikan layanan perpustakaan tetap beroperasi hingga pukul 19.00 WIB dan tetap melayani pada akhir pekan.
"Kami memastikan pelayanan tetap berjalan maksimal. Perpusnas masih buka hingga pukul 19.00 WIB dan tetap melayani pada hari Sabtu dan Minggu. Program bantuan bahan bacaan bermutu sebanyak 1.000 buku juga tetap dipertahankan di 10.000 titik yang meliputi perpustakaan desa/kelurahan, taman bacaan masyarakat, dan perpustakaan rumah ibadah," kata Aminudin dalam keterangan resmi.
Kekhawatiran Terhadap Pelestarian Naskah Kuno
Di tengah komitmen mempertahankan layanan publik, Aminudin mengungkapkan kekhawatiran terkait ribuan naskah kuno yang terancam rusak akibat keterbatasan anggaran untuk program preservasi dan digitalisasi. "Untuk naskah-naskah lama, kami belum bisa melaksanakan preservasi dan digitalisasi secara optimal karena keterbatasan anggaran. Namun itu bukan berarti kami tidak melakukannya. Kami memilah berdasarkan tingkat ancaman kerusakannya agar dapat diselamatkan sebaik-baiknya," ujarnya.
Sebagai solusi, Perpusnas menerapkan strategi pelestarian naskah berbasis masyarakat. Kerja sama dilakukan dengan pemerintah daerah, pemilik naskah, dan komunitas. "Pelestarian berbasis masyarakat ini artinya kami berbagi tanggung jawab, sehingga naskah-naskah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan masyarakat dapat dilestarikan oleh mereka sendiri, dengan dukungan dari kami berupa tenaga ahli," ucap Aminudin.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, mengapresiasi upaya Perpusnas dalam mempertahankan kualitas layanan publik, termasuk tetap membuka layanan pada malam hari dan akhir pekan. "Hal ini menjadi komitmen nyata Perpusnas dalam merespons kebutuhan masyarakat atas layanan perpustakaan, sekaligus menunjukkan bahwa masyarakat memang merasakan manfaat dari layanan yang diberikan, meskipun efisiensi anggaran cukup signifikan," tuturnya.
Dampak Pemangkasan Anggaran terhadap Preservasi Naskah
Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana, mengungkapkan kekhawatirannya atas pemangkasan anggaran Perpusnas yang berdampak langsung pada upaya preservasi naskah kuno dan bahan pustaka kontemporer. Ia mencatat bahwa tahun ini hanya 1.900 dari total 10.300 naskah kuno yang dapat dipreservasi, sehingga sekitar 8.400 naskah terancam punah. "Ini menyangkut keberlangsungan pengetahuan dan peradaban Nusantara," tegas Bonnie.
Bonnie juga menyoroti kondisi naskah kontemporer. Dari 119.550 naskah kontemporer, hanya 33.200 yang dapat diselamatkan. Sisanya berisiko rusak karena kondisi iklim tropis Indonesia yang lembab. Minimnya fasilitas pendukung semakin memperparah ancaman kerusakan tersebut.
Meskipun menghadapi tantangan efisiensi anggaran, Perpusnas berkomitmen untuk tetap memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Namun, perhatian serius terhadap pelestarian naskah kuno dan bahan pustaka kontemporer tetap diperlukan untuk menjaga warisan budaya bangsa.
Perpusnas berupaya mengatasi kendala tersebut dengan berbagai strategi, termasuk kerja sama dengan berbagai pihak dan optimalisasi sumber daya yang ada. Semoga upaya ini dapat membantu Perpusnas dalam menjalankan misinya untuk menyediakan layanan perpustakaan yang berkualitas dan melestarikan warisan budaya bangsa.