Produk Tembakau Alternatif: Jembatan Transisi Menuju Kehidupan Bebas Rokok?
Praktisi kesehatan menyoroti peran produk tembakau alternatif sebagai alat bantu berhenti merokok, didukung studi dari Inggris yang menunjukkan keberhasilannya, namun harga menjadi kendala utama di Indonesia.

Jakarta, 20 Februari 2024 (ANTARA) - Sebuah studi terbaru menunjukkan potensi produk tembakau alternatif sebagai solusi dalam membantu perokok berhenti merokok. Dr. Jeffrey Ariesta Putra, seorang praktisi kesehatan, mengungkapkan bahwa produk ini dapat berperan sebagai jembatan transisi bagi mereka yang ingin meninggalkan kebiasaan merokok. Studi tersebut juga menyoroti kendala utama yang dihadapi, yaitu harga produk alternatif yang masih tinggi di Indonesia.
Menurut Dr. Jeffrey, sulit bagi praktisi kesehatan untuk langsung meminta pasien berhenti merokok karena kebiasaan tersebut sudah tertanam kuat. Edukasi tentang bahaya merokok telah banyak dilakukan, namun tingkat keberhasilannya masih terbatas. Oleh karena itu, produk rokok elektronik dan alternatif lainnya diharapkan dapat menjadi solusi substitusi yang efektif.
Pernyataan Dr. Jeffrey diperkuat oleh temuan studi yang dipublikasikan oleh JAMA Network pada 17 Januari 2025. Studi yang berjudul 'Prevalence of Popular Smoking Cessation Aids in England and Associations With Quit Success' ini meneliti penggunaan alat bantu berhenti merokok di Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif, termasuk rokok elektronik, berperan penting dalam membantu perokok berhenti.
Produk Tembakau Alternatif: Solusi Bantu Berhenti Merokok?
Studi JAMA Network melibatkan 25.094 perokok di Inggris berusia minimal 16 tahun. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa rokok elektronik merupakan alat bantu berhenti merokok yang paling umum digunakan sepanjang tahun 2023-2024, mencapai 40,2 persen. Metode ini juga menunjukkan peluang keberhasilan tertinggi dibandingkan metode lainnya dalam membantu perokok untuk berhenti.
Temuan ini memberikan harapan baru bagi upaya pengurangan jumlah perokok. Namun, Dr. Jeffrey mengingatkan bahwa prevalensi merokok di Indonesia masih sangat tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah harga produk tembakau alternatif yang jauh lebih mahal dibandingkan rokok konvensional.
Keterjangkauan harga menjadi faktor kunci keberhasilan transisi ini. Dr. Jeffrey menekankan pentingnya aksesibilitas produk alternatif agar lebih banyak perokok dapat beralih ke pilihan yang lebih rendah risiko. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi dampak buruk merokok bagi kesehatan masyarakat.
Tantangan Aksesibilitas dan Harga
Tingginya harga produk tembakau alternatif menjadi kendala utama dalam upaya membantu perokok berhenti. Dr. Jeffrey menyatakan bahwa masyarakat masih cenderung memilih rokok konvensional karena faktor harga yang lebih terjangkau. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk memberikan insentif atau kebijakan yang mendukung aksesibilitas produk-produk tersebut.
Subsidi atau insentif pemerintah dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah harga. Dengan harga yang lebih terjangkau, diharapkan lebih banyak perokok dapat beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko. Langkah ini dinilai penting untuk mendukung program pengurangan jumlah perokok di Indonesia.
"Saat ini masyarakat masih tertarik dengan rokok konvensional karena produk substitusi cenderung memiliki harga yang mahal. Salah satu langkah yang mungkin dapat dilakukan adalah insentif atau subsidi dari pemerintah. Faktor harga memegang peranan penting," jelas Dr. Jeffrey Ariesta Putra.
Kesimpulannya, produk tembakau alternatif memiliki potensi besar untuk membantu perokok beralih ke pilihan yang lebih aman. Namun, perlu adanya dukungan pemerintah melalui kebijakan yang mendorong aksesibilitas dan keterjangkauan produk-produk tersebut agar upaya ini dapat berhasil.