Produksi Jagung Pasaman Naik, Petani Makin Sejahtera?
Produksi jagung di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir, mencapai 169.234 ton di tahun 2024, namun petani masih menghadapi tantangan harga jual yang fluktuatif dan harga bibit yang tinggi.
![Produksi Jagung Pasaman Naik, Petani Makin Sejahtera?](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/24/230157.698-produksi-jagung-pasaman-naik-petani-makin-sejahtera-1.jpg)
Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat berhasil meningkatkan produksi jagungnya secara signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2024, produksi jagung mencapai angka fantastis, yaitu 169.234 ton dengan total lahan tanam seluas 18.405 hektare. Kenaikan ini menunjukkan tren positif sektor pertanian di Pasaman dan menjadi kabar gembira bagi para petani setempat.
Mengapa produksi jagung di Pasaman meningkat? Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman, Prasetyo, menjelaskan bahwa peningkatan ini tak lepas dari kerja keras pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dalam mendorong produksi jagung sebagai komoditas strategis nasional. Dukungan tersebut berupa peningkatan luas lahan panen dan berbagai program peningkatan produksi.
Bagaimana peningkatan produksi jagung ini dicapai? Pemerintah Kabupaten Pasaman telah berupaya meningkatkan produktivitas melalui beberapa strategi. Inventarisasi lahan, penyediaan benih unggul bersertifikat, perbaikan saluran irigasi, pengendalian hama terpadu, penanganan pascapanen yang baik, dan penguatan kelembagaan petani melalui penyuluh pertanian menjadi kunci keberhasilan ini.
Beberapa kecamatan di Pasaman menjadi penyumbang produksi jagung terbesar, antara lain Kecamatan Tigo Nagari, Lubuk Sikaping, Mapattunggul, Mapattunggul Selatan, Lubuk Sikaping, Dua Koto, dan Rao. Wilayah-wilayah ini memiliki kondisi geografis dan iklim yang mendukung pertumbuhan jagung.
Meskipun produksi meningkat pesat, tantangan masih tetap ada. Afrinaldi, seorang petani jagung di Pasaman, mengungkapkan apresiasinya terhadap dukungan pemerintah, terutama dalam hal distribusi pupuk subsidi. Namun, ia juga menyoroti permasalahan harga jual jagung yang tidak stabil, saat ini hanya Rp5.000 per kilogram. Selain itu, harga bibit jagung pioner 32 juga cukup tinggi, mencapai Rp630.000 per kantong.
Satu hektare lahan jagung membutuhkan 3-4 kantong bibit dengan potensi panen sekitar 2 ton per hektare. Curah hujan yang tinggi juga menjadi ancaman bagi para petani. Afrinaldi berharap pemerintah dapat membantu menekan harga bibit dan menaikkan harga jual jagung agar petani semakin sejahtera.
Kesimpulannya, peningkatan produksi jagung di Pasaman merupakan prestasi yang patut diapresiasi. Namun, keberlanjutan peningkatan ini membutuhkan perhatian serius terhadap stabilitas harga jual dan keterjangkauan harga bibit. Dukungan berkelanjutan dari pemerintah sangat krusial untuk memastikan kesejahteraan petani jagung di Pasaman.