Program Makan Bergizi Gratis Samarinda Perhatikan Anak Alergi
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda, Kalimantan Timur, telah dimulai di SDN 004 Samarinda Utara dengan memperhatikan kebutuhan khusus anak, termasuk alergi makanan, meskipun masih dalam tahap awal implementasi.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda, Kalimantan Timur, kini telah memasuki tahap implementasi. Satu sekolah dasar, SDN 004 Samarinda Utara, menjadi pilot project program ini yang telah berjalan selama lima hari. Yang menarik, program ini memperhatikan kebutuhan khusus siswa, termasuk mereka yang memiliki alergi makanan.
Wakil Ketua SPPG Samarinda, Sirajul Amin, menjelaskan bahwa pengembangan MBG mempertimbangkan aspek kesehatan siswa. SPPG telah berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk mendata siswa dengan alergi. "Kami telah mendata siswa yang memiliki alergi melalui koordinasi dengan pihak sekolah. Menu makan disesuaikan bagi siswa yang memiliki alergi agar mereka tetap dapat menikmati makanan bergizi bersama teman-temannya," ujar Sirajul Amin di Samarinda, Sabtu lalu.
Meskipun data alergi, seperti alergi telur misalnya, masih dalam tahap pengumpulan melalui formulir yang diisi orang tua siswa, SPPG berkomitmen untuk memastikan setiap anak mendapatkan nutrisi yang tepat. Proses pengumpulan data ini menunjukkan komitmen untuk mengakomodasi kebutuhan gizi individual setiap anak.
Saat ini, program MBG baru dijalankan di SDN 004 Samarinda Utara. Tujuh sekolah lainnya akan menyusul secara bertahap. "Hal ini dilakukan untuk memastikan kesiapan dan kelancaran implementasi program di setiap sekolah," tambah Sirajul Amin. Tahapan bertahap ini menjamin efektivitas dan keberhasilan program MBG di seluruh sekolah.
Anggaran program MBG disesuaikan dengan indeks kemahalan daerah. Di Samarinda, rata-rata biaya bahan baku makanan per porsi sekitar Rp11.000, dengan harga yang bervariasi tergantung menu. Penyesuaian anggaran ini memastikan program tetap berjalan efektif dan efisien.
Program ini juga mempertimbangkan ketersediaan bahan makanan lokal. Susu misalnya, diberikan dua kali seminggu karena Samarinda bukan daerah penghasil susu. "Kekurangan asupan protein dari susu akan dipenuhi melalui sumber protein lainnya dalam menu," jelas Sirajul Amin. Strategi ini memastikan anak-anak tetap mendapatkan nutrisi seimbang.
Porsi makanan telah disesuaikan dengan kebutuhan anak usia SD, mengingat mereka makan tiga kali sehari. Perencanaan menu yang matang ini menjamin asupan gizi anak-anak tercukupi.
Kendala utama yang dihadapi adalah proses adaptasi tim SPPG yang baru dibentuk. Namun, tim tersebut berupaya meminimalisasi kendala, terutama keterlambatan distribusi makanan. Upaya proaktif ini menunjukkan komitmen untuk kelancaran program.
Evaluasi menyeluruh dilakukan terhadap semua aspek program, mulai dari produksi, distribusi, hingga penyusunan menu. Hasil evaluasi akan menjadi acuan untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang. Evaluasi yang komprehensif ini akan memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas program.
SPPG berharap program MBG dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi seluruh siswa di Samarinda. Harapan ini merefleksikan tujuan utama program untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak melalui gizi yang baik.