Program Mata Sagu: Inovasi Ketahanan Pangan di Maluku
Dinas Pertanian Maluku meluncurkan program Mata Sagu untuk mengubah hutan sagu menjadi kebun sagu guna meningkatkan produksi dan mendukung ketahanan pangan daerah, sekaligus berkontribusi pada swasembada pangan nasional.
Ambon, 28 Januari 2024 - Dinas Pertanian (Distan) Maluku menginisiasi program inovatif bernama Mata Sagu. Program ini bertujuan untuk mengubah lahan hutan sagu menjadi kebun sagu terencana, demi menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Maluku. Inisiatif ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kepala Dinas Pertanian Maluku, Ilham Tauda, menjelaskan bahwa program Mata Sagu (Manggurebe Tata Sagu) berfokus pada transformasi hutan sagu menjadi kebun sagu yang produktif. Perubahan ini diproyeksikan meningkatkan hasil panen per hektar melalui peningkatan jumlah pohon siap tebang dan produktivitas per pohon. Inovasi ini bukanlah sekadar penanaman, melainkan juga pengelolaan yang lebih efektif.
Salah satu strategi kunci Mata Sagu adalah perbaikan sistem drainase dan peningkatan paparan sinar matahari. Langkah ini akan memudahkan proses budidaya dan pemeliharaan tanaman sagu. Selain itu, lahan di antara pohon sagu dapat dimanfaatkan untuk menanam komoditas lain yang sesuai, meningkatkan diversifikasi pertanian.
Implementasi program Mata Sagu telah dimulai sejak tahun 2016 dengan pembangunan kebun plasma nutfah sagu seluas 1 hektare. Kegiatan ini kemudian berlanjut dengan pemeliharaan lahan sagu seluas 25 hektare pada tahun 2017 dan 2018, dan penambahan lahan seluas 25 hektare pada tahun 2019 untuk penataan dan pengembangan lahan baru. Program ini menunjukkan komitmen jangka panjang dalam pengembangan sektor pertanian di Maluku.
Namun, transformasi hutan sagu menjadi kebun sagu bukan hanya soal kuantitas. Penting juga untuk mengembangkan hilirisasi sagu, misalnya pengolahan sagu menjadi beras sagu. Langkah ini akan meningkatkan nilai ekonomis sagu dan mendukung kemandirian pangan di Maluku. Keberlanjutan lingkungan juga menjadi perhatian utama.
Ilham Tauda menekankan pentingnya konservasi sumber daya hutan sagu. Hal ini tidak hanya untuk menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga untuk mengamankan sumber daya air guna mendukung pembangunan berkelanjutan di Maluku. Sagu, sebagai sumber pangan pokok, memiliki peran vital dalam menjaga ketahanan pangan di masa depan.
Program Mata Sagu sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan nasional pada tahun 2027 dan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2029. Maluku, dengan potensi sagunya yang melimpah, memiliki peran penting dalam mencapai target tersebut. Sagu menjadi alternatif pangan strategis untuk menghadapi potensi krisis pangan global.
Pada tahun 2024, luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Maluku mencapai 32.997 hektare. Beberapa kabupaten/kota telah memiliki Peraturan Daerah LP2B, menunjukkan dukungan regulasi terhadap pengembangan pertanian berkelanjutan. Sagu, sebagai komoditas unggulan, memiliki peran krusial dalam ketahanan pangan daerah dan nasional, serta berpotensi besar dalam mendukung swasembada pangan dan energi.