Rembuk Stunting Banjarmasin 2025: Kolaborasi Masyarakat Tekan Angka Stunting
Pemkot Banjarmasin menggelar Rembuk Stunting 2025 untuk menurunkan angka stunting dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam 1000 hari pertama kehidupan anak.

Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menggelar Rembuk Stunting 2025 pada Rabu, 19 Maret 2024. Kegiatan ini berfokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak, periode krusial dalam mencegah stunting. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Kota Banjarmasin, Machli Riyadi, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan masa 'golden time' ini. Rembuk ini juga bertujuan untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam upaya pencegahan stunting.
Machli Riyadi menegaskan bahwa penanggulangan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan program ini. "Urusan stunting ini adalah kewajiban pemerintah, tetapi kami sadar bahwa tanpa keterlibatan masyarakat, mustahil kita bisa mengatasinya. Oleh karena itu, kita harus menguatkan peran serta masyarakat," ujarnya.
Beberapa peran serta masyarakat yang diunggulkan meliputi pencegahan pernikahan dini, memastikan ibu hamil mendapatkan nutrisi cukup, melahirkan di fasilitas kesehatan, dan memberikan ASI eksklusif hingga dua tahun. Machli Riyadi juga menyoroti pentingnya menghindari mitos-mitos yang menyesatkan, seperti membuang air susu pertama, karena justru itu yang paling bergizi bagi bayi.
Peran Serta Masyarakat dan Inovasi Baru
Pada tahun 2024, tercatat sekitar 1.200 anak di Kota Banjarmasin mengalami stunting. Penanganan dilakukan secara berkelanjutan, meliputi pemberian makanan bergizi dan program orang tua asuh bagi anak stunting. Machli Riyadi menambahkan bahwa program yang telah berjalan baik perlu dilanjutkan, dan inovasi baru untuk pencegahan stunting harus terus dikembangkan melalui Rembuk Stunting ini.
Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Banjarmasin, Helfiannor, menjelaskan bahwa Rembuk Stunting 2025 merupakan langkah konkret mendukung program nasional yang dicanangkan Presiden. "Kami ingin Rembuk ini menghasilkan strategi nyata untuk menurunkan angka stunting di Banjarmasin. Salah satu upaya yang sudah berjalan adalah intervensi makanan bergizi bagi anak-anak yang berisiko stunting, seperti yang dilakukan oleh Polda Kalsel dan Baznas Kota Banjarmasin," jelasnya.
Helfiannor juga menyoroti pentingnya program Gerakan Orang Tua Asuh Stunting yang melibatkan berbagai pihak dalam memberikan dukungan kepada anak-anak yang mengalami gizi buruk. Dengan berbagai upaya ini, diharapkan angka stunting di Banjarmasin dapat turun secara signifikan pada tahun 2025.
Peran TP PKK Kota Banjarmasin
Ketua TP PKK Kota Banjarmasin, Neli Listriani, memastikan komitmen penuh TP PKK dalam pencegahan dan penanganan stunting. Ia mendorong dilakukannya pemetaan ulang wilayah yang terindikasi stunting agar intervensi dapat lebih terarah dan efektif.
Neli Listriani juga menyatakan kesiapan TP PKK untuk terjun langsung ke lapangan guna mengedukasi ibu hamil dan anak-anak, serta memberikan bantuan makanan tambahan bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung program penurunan angka stunting di Kota Banjarmasin.
Rembuk Stunting 2025 di Banjarmasin menandai komitmen kuat pemerintah dan masyarakat dalam upaya menurunkan angka stunting. Kolaborasi yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait diharapkan dapat menghasilkan dampak positif dan signifikan dalam mewujudkan generasi Banjarmasin yang sehat dan bebas dari stunting.