Pemkot Bengkulu Bertekad Bebas Stunting: Anggaran Rp2,7 Miliar Digelontorkan
Pemerintah Kota Bengkulu menargetkan eliminasi stunting dengan berbagai strategi dan anggaran Rp2,7 miliar, ditunjang penurunan prevalensi signifikan dari 12,9 persen menjadi 6,7 persen.

Pemerintah Kota Bengkulu memasang target ambisius: nol kasus stunting dalam beberapa tahun mendatang. Pencapaian ini didorong oleh penurunan prevalensi stunting yang signifikan, dari 12,9 persen pada 2022 menjadi 6,7 persen pada 2023, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Berbagai upaya kolaboratif telah dan akan terus dilakukan untuk mencapai target tersebut, termasuk pemantauan ketat terhadap anak-anak berisiko stunting dan peningkatan akses terhadap gizi bagi ibu hamil dan balita.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu, Joni Haryadi Thabrani, mengungkapkan strategi komprehensif yang dijalankan. "Dinas Kesehatan bekerja sama dengan DP3AP2KB, posyandu, PKK, dan pihak terkait lainnya sudah memantau wilayah Kota Bengkulu. Bekerja sama dengan kelurahan juga, RT, untuk memberikan informasi kepada pihak kesehatan," jelasnya dalam keterangan pers di Bengkulu, Jumat. Pemantauan ketat dilakukan tidak hanya pada anak-anak yang sudah teridentifikasi berisiko stunting, tetapi juga upaya pencegahan sejak dini.
Target "zero stunting" ini menjadi komitmen utama Pemkot Bengkulu. "Kalau sudah berisiko itu sudah kita pantau, mudah-mudahan tidak jadi stunting. Jadi, semuanya anak di Kota Bengkulu ini tidak ada yang stunting. Target kita zero stunting," tegas Joni. Selain pemantauan, Pemkot Bengkulu juga memastikan ketersediaan makanan bergizi bagi ibu hamil dan balita sebagai upaya pencegahan stunting secara langsung.
Strategi Menuju Nol Kasus Stunting
Pemkot Bengkulu tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan, tetapi juga memperhatikan faktor ekonomi keluarga. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa kemiskinan seringkali berkorelasi dengan peningkatan risiko stunting. "Stunting itu kan datangnya biasanya dari keluarga yang ekonominya kurang mampu. Kalau orang tuanya nggak makan, nggak mungkin anaknya dapat minum susu. Jadi, kalau ekonomi keluarganya sudah baik, mudah-mudahan anak atau ibu hamil yang tinggal di keluarga tersebut terhindar dari stunting karena zat gizinya sudah terpenuhi semuanya," jelas Joni.
Untuk itu, Pemkot Bengkulu melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Bengkulu. Tujuannya adalah untuk memastikan perekonomian masyarakat tetap stabil dan mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Upaya ini didukung oleh anggaran yang cukup signifikan. Pemkot Bengkulu mengalokasikan dana sebesar Rp2,7 miliar untuk program pencegahan dan penanganan stunting. Dana tersebut akan digunakan oleh puskesmas, melibatkan kader kesehatan dan pendamping keluarga di seluruh kelurahan, termasuk untuk pembelian makanan dan gizi tambahan bagi balita dan anak-anak yang dalam pengawasan.
Pemantauan dan Kolaborasi yang Terintegrasi
Joni Haryadi Thabrani menekankan pentingnya pemantauan dan pengawasan yang berkelanjutan dalam upaya menekan angka stunting. Kerja sama antar instansi dan elemen masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini. Keterlibatan aktif dari kader kesehatan, pendamping keluarga, serta pemerintah kelurahan dan RT sangat krusial dalam menjangkau dan memberikan dukungan kepada keluarga berisiko stunting.
Dengan strategi yang komprehensif dan dukungan anggaran yang memadai, Pemkot Bengkulu optimistis dapat mencapai target nol kasus stunting. Namun, keberhasilan program ini juga bergantung pada partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga kesehatan dan gizi keluarga.
Program ini juga menekankan pentingnya edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil dan anak balita. Upaya-upaya preventif dan deteksi dini menjadi fokus utama dalam strategi ini untuk memastikan anak-anak di Kota Bengkulu tumbuh kembang secara optimal dan terbebas dari ancaman stunting.
Keberhasilan program ini akan menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya penanggulangan stunting di Indonesia. Komitmen dan kerja keras Pemkot Bengkulu patut diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk menerapkan strategi serupa.
Dengan penurunan prevalensi stunting yang signifikan dan komitmen kuat dari pemerintah daerah, Kota Bengkulu semakin dekat dengan target eliminasi stunting. Semoga upaya ini dapat memberikan dampak positif bagi generasi mendatang dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kota Bengkulu.