Rupiah Diperkirakan Melemah: The Fed dan Faktor Lainnya
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan melemah setelah pernyataan hawkish The Fed terkait inflasi dan suku bunga, ditambah faktor ekonomi AS dan kebijakan Trump.

Rupiah Diperkirakan Melemah: The Fed dan Faktor Lainnya
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melemah. Hal ini menyusul pernyataan cenderung hawkish yang disampaikan Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) baru-baru ini. Pernyataan tersebut disampaikan pada Rabu malam waktu setempat dan berdampak langsung pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa sikap hawkish The Fed disebabkan inflasi AS yang masih tinggi. The Fed mengindikasikan tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Keputusan ini berpotensi meningkatkan daya tarik investasi di AS, sehingga menekan permintaan terhadap rupiah.
Selain pernyataan The Fed, kondisi pasar tenaga kerja AS yang kuat juga turut menjadi faktor penyebab pelemahan rupiah. Kondisi ini memperkuat ekonomi AS dan mendukung kebijakan moneter yang ketat. Lebih lanjut, kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait imigrasi dan tarif, meskipun penuh ketidakpastian, juga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Meskipun implementasi kebijakan Trump mungkin tidak seagresif saat kampanye, dampaknya terhadap ekonomi global dan pasar mata uang tetap perlu diperhatikan. Ketidakpastian kebijakan ini berpotensi meningkatkan volatilitas pasar dan memengaruhi aliran modal asing ke Indonesia.
Data ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan sebesar 3,1 persen di kuartal IV-2024. Inflasi inti tercatat 2,8 persen, inflasi umum 2,2 persen, dan angka pengangguran berada di 4,1 persen. Data ini, meskipun menunjukkan ekonomi AS yang kuat, juga mendukung kebijakan The Fed yang cenderung hawkish.
Lukman Leong memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Kamis, rupiah memang melemah 13 poin (0,08 persen) menjadi Rp16.234 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.221 per dolar AS.
Kesimpulannya, pelemahan rupiah merupakan dampak gabungan dari pernyataan hawkish The Fed, kondisi ekonomi AS yang kuat, dan ketidakpastian kebijakan pemerintahan AS. Kondisi ini perlu dipantau secara ketat karena berpotensi berdampak pada perekonomian Indonesia.