Rupiah Menguat: Perang Dagang Mereda, Dolar AS Melemah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi menguat seiring meredanya kekhawatiran perang dagang, ditandai dengan penundaan tarif AS ke Kanada dan Meksiko serta data pekerjaan AS yang kurang optimal, meskipun potensi tarif baru ke Uni Eropa masih ada.
Rupiah menguat signifikan pada perdagangan Rabu, mencapai Rp16.300 per dolar AS. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah meredanya kekhawatiran akan perang dagang global. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi penguatan ini akan berlanjut.
Presiden Trump menunda rencana penerapan tarif baru terhadap Kanada dan Meksiko. Penundaan ini, yang berlangsung selama 30 hari, merupakan respons atas kesepakatan untuk memperkuat penegakan hukum perbatasan yang dibuat oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum. Langkah ini dinilai berkontribusi terhadap pelemahan dolar AS.
Meskipun demikian, ancaman perang dagang belum sepenuhnya hilang. Trump masih berencana menerapkan tarif tambahan pada Uni Eropa (EU) karena dianggap memperlakukan AS dengan buruk, mengakibatkan defisit perdagangan besar. Ketidakpastian kebijakan Trump ini tetap menjadi faktor risiko bagi pasar.
Selain faktor eksternal, data ekonomi AS juga turut mempengaruhi penguatan rupiah. Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari perkiraan (7,6 juta, dibandingkan perkiraan 8 juta). Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja AS yang mungkin kurang kuat dari perkiraan, turut menekan dolar AS.
Dari sisi domestik, sentimen positif juga datang dari proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Badan Pusat Statistik diprediksi akan mengumumkan pertumbuhan PDB sebesar 0,5 persen di kuartal IV-2024 dan 5,2 persen year on year (yoy). Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Lukman Leong memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.300-Rp16.400 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Rabu, rupiah menguat 51 poin (0,31 persen) menjadi Rp16.300 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.351.
Kesimpulannya, penguatan rupiah hari ini merupakan hasil kombinasi faktor eksternal dan internal. Meredanya (sementara) ketegangan perang dagang antara AS dan negara-negara lain, dibarengi data ekonomi AS yang kurang optimal dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, berkontribusi pada penguatan nilai tukar rupiah. Namun, potensi tarif baru dari AS ke EU tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai.