Rupiah Menguat: Potensi Inflasi AS dan Tarif Trump Jadi Penentu
Penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh potensi penurunan inflasi AS dan penundaan penerapan tarif timbal balik yang diusulkan Presiden Trump, meskipun inflasi AS Januari 2025 naik.

Jakarta, 14 Februari 2025 - Rupiah menunjukkan penguatan yang signifikan pada perdagangan hari Jumat ini, mencapai Rp16.283 per dolar AS. Analis mata uang, Lukman Leong, memprediksi penguatan ini akan berlanjut, bergerak di kisaran Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS. Hal ini didorong oleh dua faktor utama: potensi penurunan inflasi di Amerika Serikat dan penundaan implementasi kebijakan tarif timbal balik yang diusulkan Presiden Trump.
Faktor Penguatan Rupiah
Data inflasi AS bulan Januari 2025 menunjukkan kenaikan inflasi headline bulanan sebesar 0,5 persen (mtm), melampaui estimasi 0,3 persen mtm. Meskipun demikian, angka ini dinilai masih memberikan ruang bagi potensi penurunan inflasi inti AS ke depannya. Secara tahunan, inflasi headline AS naik tipis menjadi 3,0 persen (yoy) dari 2,9 persen yoy, sementara inflasi inti AS melonjak menjadi 3,3 persen yoy dari 3,2 persen yoy. Kenaikan inflasi inti AS menjadi penyebab utama peningkatan inflasi headline.
Di sisi lain, memorandum tarif timbal balik yang ditandatangani Presiden Trump memberikan dampak positif terhadap rupiah. Meskipun memorandum tersebut mengarahkan pemerintah AS untuk menentukan tarif timbal balik terhadap mitra dagang asing, implementasinya diperkirakan tidak akan segera terjadi. Hal ini mengurangi ketidakpastian di pasar dan memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
Lukman Leong menjelaskan, "Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah data inflasi AS menunjukkan kemungkinan penurunan pada inflasi PCE inti AS. Selain itu, memorandum tarif timbal balik yang ditandatangani Trump belum akan langsung diterapkan dalam waktu dekat."
Analisis Lebih Dalam
Penguatan rupiah hari ini menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang. Meskipun inflasi AS menunjukkan peningkatan, potensi penurunan inflasi inti AS di masa mendatang dan penundaan kebijakan tarif Trump memberikan dampak positif bagi rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa pasar merespon dengan positif terhadap potensi perbaikan ekonomi AS di masa mendatang dan mengurangi kekhawatiran akan perang dagang.
Perlu diingat bahwa pasar valuta asing sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, prediksi pergerakan rupiah hanya bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu. Faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi domestik, kebijakan moneter Bank Indonesia, dan sentimen global juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Penguatan rupiah sebesar 77,50 poin atau 0,47 persen pada pembukaan perdagangan hari Jumat ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Namun, perlu dipantau perkembangan inflasi AS dan kebijakan tarif Trump lebih lanjut untuk memprediksi pergerakan rupiah di masa mendatang.
Kesimpulan
Penguatan rupiah hari ini merupakan hasil dari interaksi kompleks antara data inflasi AS dan kebijakan tarif Trump. Meskipun inflasi AS mengalami kenaikan, potensi penurunan inflasi inti dan penundaan implementasi tarif timbal balik memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Perkembangan selanjutnya perlu terus dipantau untuk melihat tren pergerakan rupiah di masa mendatang.