Rupiah Menguat: Sikap Trump terhadap China Jadi Kunci?
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS pada Senin, didorong oleh sikap Donald Trump yang dinilai tidak terlalu keras terhadap China, meskipun ancaman tarif tinggi terhadap barang impor masih membayangi.
Nilai tukar rupiah berhasil menguat pada penutupan perdagangan Senin, 20 Januari 2020. Rupiah naik 12 poin atau 0,08 persen, mencapai Rp16.368 per dolar AS, dibandingkan Rp16.380 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Kenaikan serupa juga terlihat pada Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, yang menguat tipis ke level Rp16.372 per dolar AS.
Mengapa Rupiah Menguat? Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, penguatan rupiah ini erat kaitannya dengan sikap Presiden AS terpilih saat itu, Donald Trump, yang terkesan tidak terlalu agresif terhadap China. Hal ini terlihat dari pidato kemenangan Trump yang tidak menyinggung rencana tarif perdagangan baru terhadap China. Meskipun demikian, Trump tetap menegaskan komitmennya terhadap kebijakan imigrasi dan deregulasi bisnis domestik.
Dampak Pernyataan Trump Pernyataan Trump ini menurunkan ekspektasi pasar terhadap potensi konflik dagang yang lebih besar antara AS dan China. Pelemahan dolar AS sebagai imbasnya turut mendorong penguatan rupiah. Indeks dolar AS sendiri pagi harinya tercatat di angka 109,33, sedikit lebih tinggi dari penutupan Jumat sebelumnya di bawah 109.
Ancaman Tarif Tinggi Tetap Ada Namun, perlu diingat bahwa Trump sebelumnya sempat berjanji akan mengenakan bea masuk hingga 60 persen untuk semua barang impor dari China, serta menargetkan Meksiko dan Kanada dengan tarif yang lebih tinggi. Ancaman ini tetap menjadi faktor risiko bagi pasar.
Potensi Gangguan Perdagangan Global Ibrahim Assuabi memperingatkan, langkah-langkah proteksionis seperti itu berpotensi mengganggu perdagangan global dan berdampak negatif pada ekonomi yang bergantung pada ekspor. Sebagai respons, China kemungkinan akan meningkatkan stimulus fiskal untuk mengatasi hambatan ekonomi akibat potensi kenaikan tarif.
Perbaikan Ekonomi China Meskipun demikian, data Produk Domestik Bruto (PDB) China yang baru dirilis menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, sesuai ekspektasi pemerintah. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam perekonomian China, meskipun masih berhadapan dengan tantangan disinflasi dan penurunan pasar properti.
Kesimpulan Secara keseluruhan, penguatan rupiah pada Senin lalu dipengaruhi oleh sikap Donald Trump yang cenderung tidak sekeras yang diperkirakan sebelumnya terhadap China. Namun, potensi kebijakan proteksionis AS tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai karena dapat berdampak negatif terhadap perekonomian global dan nilai tukar rupiah.