Rupiah Menguat Tipis Usai Pidato Powell: Analisis Pasar Mata Uang
Nilai tukar rupiah menguat tipis setelah pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang tidak mengubah prospek suku bunga, meskipun sentimen positifnya dinilai tidak signifikan karena faktor eksternal seperti kebijakan tarif AS.
![Rupiah Menguat Tipis Usai Pidato Powell: Analisis Pasar Mata Uang](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/12/140515.655-rupiah-menguat-tipis-usai-pidato-powell-analisis-pasar-mata-uang-1.jpg)
Jakarta, 12 Februari 2024 - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menunjukkan penguatan tipis pada perdagangan Rabu ini, setelah Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menyampaikan pidato yang tidak mengubah proyeksi suku bunga acuan. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi penguatan ini akan berlanjut, meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan.
Dalam keterangannya kepada ANTARA, Lukman menjelaskan bahwa pidato Powell, meskipun cenderung hawkish (mencondong ke arah kenaikan suku bunga), tidak memberikan kejutan baru dan tidak mengubah proyeksi penurunan suku bunga sekitar 35 basis poin (bps) hingga akhir tahun. Hal ini mengurangi kekhawatiran pasar dan memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat.
Pidato Powell dan Dampaknya Terhadap Rupiah
Powell, menurut Lukman, hanya mengulang pernyataan sebelumnya mengenai kebijakan tarif AS, kekuatan ekonomi AS, dan kondisi pasar tenaga kerja yang tetap solid. Meskipun pernyataan ini secara umum positif bagi rupiah, dampaknya terhadap penguatan nilai tukar dinilai terbatas.
Lukman menambahkan bahwa kebijakan tarif AS, khususnya tarif 25 persen untuk baja dan aluminium yang diterapkan oleh pemerintahan Trump sebelumnya, masih menyimpan risiko besar retaliasi dari negara lain. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian di pasar dan membatasi potensi penguatan rupiah secara signifikan.
Antisipasi Pasar Sebelum Pidato
Sebelum pidato Powell, dolar AS diprediksi menguat seiring antisipasi pernyataan yang bernada hawkish. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran inflasi yang mungkin dipicu oleh kebijakan tarif AS. Namun, karena pidato Powell tidak membawa kejutan berarti, prediksi tersebut tidak terbukti sepenuhnya.
Pada pembukaan perdagangan Rabu, rupiah berhasil menguat hingga 25 poin atau 0,15 persen, mencapai level Rp16.359 per USD, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp16.384 per USD. Penguatan ini menunjukkan respon pasar terhadap pidato Powell yang relatif netral.
Kesimpulan: Penguatan Rupiah yang Terbatas
Secara keseluruhan, penguatan rupiah pasca pidato Powell menunjukkan respon positif, namun terbatas. Faktor eksternal, terutama kebijakan tarif AS dan potensi retaliasi, masih menjadi bayang-bayang yang membatasi potensi penguatan nilai tukar secara lebih signifikan. Perlu dipantau perkembangan selanjutnya untuk melihat arah pergerakan rupiah ke depan.
Meskipun demikian, penguatan ini tetap memberikan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. Ke depan, diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengurangi ketergantungan pada faktor eksternal.