Rupiah Melemah: Imbas Positif Ekonomi AS dan Kebijakan Trump
Gambaran positif ekonomi AS dari The Fed dan kebijakan tarif Trump membuat rupiah melemah terhadap dolar AS, mencapai Rp16.258 per dolar AS.

Rupiah melemah terhadap dolar AS, ditutup pada Rp16.258 per dolar AS, turun 0,23 persen atau 37 poin dari penutupan sebelumnya. Pelemahan ini terjadi setelah The Fed merilis gambaran positif ekonomi AS, khususnya pasar kerja, pasca rapat FOMC.
Menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, pernyataan The Fed ini mengurangi ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga AS tahun ini. Data ekonomi AS yang kuat, termasuk pertumbuhan PDB tahunan 3,1 persen di kuartal IV-2024, inflasi inti 2,8 persen, inflasi umum 2,2 persen, dan tingkat pengangguran 4,1 persen, turut berkontribusi pada penguatan dolar AS.
Ariston menambahkan, kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump juga menjadi faktor pendorong inflasi di AS, sehingga meningkatkan daya tarik dolar AS. Kenaikan harga barang konsumsi impor akibat kebijakan ini diperkirakan akan berdampak pada nilai tukar mata uang global, termasuk rupiah.
Pengamat mata uang lainnya, Ibrahim Assuabi, mengamini hal tersebut. Ia menyatakan bahwa kekhawatiran investor terhadap kebijakan Trump dan sikap hawkish The Fed memicu sentimen risk-off di pasar. Sikap hawkish The Fed mengacu pada komitmen mereka untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat hingga inflasi AS mencapai target 2 persen.
Ibrahim juga menambahkan bahwa suku bunga AS yang lebih tinggi dalam jangka panjang dan prospek penguatan dolar AS menciptakan tekanan pada mata uang Asia. Ketidakpastian atas kebijakan tarif Trump, termasuk rencana penerapan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta potensi tarif tambahan pada barang-barang China, semakin memperparah situasi.
Pelemahan rupiah juga terlihat pada Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia yang mencapai Rp16.259 per dolar AS, turun dari Rp16.200 per dolar AS. Situasi ini menunjukkan dampak langsung dari sentimen global terhadap nilai tukar rupiah.
Kesimpulannya, pelemahan rupiah merupakan refleksi dari kondisi ekonomi global yang dipengaruhi oleh kinerja positif ekonomi AS dan kebijakan proteksionis Presiden Trump. Keduanya memberikan tekanan terhadap mata uang di negara berkembang, termasuk Indonesia.