Rutan Makassar Cetak Hafidz dari Warga Binaan: Program 'One Day One Ayat'
UPT Rutan Kelas I Makassar meluncurkan program 'One Day One Ayat' untuk mencetak penghafal Al-Quran dari warga binaan, bekerja sama dengan mahasiswa UNM.

Makassar, 26 Maret 2024 - UPT Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Makassar telah meluncurkan program inovatif bertajuk 'Menggali Potensi Kognitif Warga Binaan dalam Menghafal Al Quran melalui Metode One Day One Ayat'. Program ini bertujuan untuk mencetak para penghafal Al-Quran (tahfidz) dari kalangan warga binaan pemasyarakatan. Inisiatif ini dijalankan berkat kerjasama dengan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), yang dirancang untuk memanfaatkan potensi kognitif warga binaan, khususnya daya ingat dan kemampuan berpikir mereka dalam menghafal Al-Quran. Kepala Rutan Kelas I Makassar, Jayadikusumah, mengungkapkan harapannya agar program ini memberikan dampak positif bagi para warga binaan, "Mudah-mudahan ini bermanfaat bagi mereka. Setidaknya, setelah keluar nanti ada perubahan dalam diri mereka, dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu."
Sebanyak 20 warga binaan yang juga pengurus Masjid Nurul Iman Rutan Kelas I Makassar secara aktif terlibat dalam program ini. Mereka tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga berperan sebagai pengajar Dirosa bagi warga binaan lain yang belum mampu membaca dan menulis Al-Quran. Hal ini menunjukkan komitmen Rutan Makassar untuk menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan memberdayakan. Kepala Rutan Kelas I Makassar, Jayadikusumah, optimis program ini akan berkelanjutan, "Insya Allah, kegiatan ini berkelanjutan, karena mahasiswa magang dari Fakultas Psikologi UNM akan berada di sini selama enam bulan. Kami akan terus merekrut warga binaan lain untuk ikut serta."
Program 'One Day One Ayat' ini melengkapi program-program keagamaan lain yang telah ada di Rutan Kelas I Makassar, seperti Pendidikan Al Quran Orang Dewasa (Dirosa). Selama bulan Ramadhan, berbagai kegiatan keagamaan juga diselenggarakan, termasuk pesantren kilat, kajian Ramadan, tadarus, dan Dirosa. Bahkan, beberapa warga binaan berkesempatan menjadi imam shalat tarawih berjamaah ketika tidak ada ustadz yang hadir. Hal ini menunjukkan komitmen Rutan Makassar dalam memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk mengembangkan diri secara spiritual dan intelektual. Kepala Sub Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan Rutan Makassar, Abd Jalil, menambahkan bahwa program tahfidz 'one day one ayat' ini dilakukan setiap hari menjelang berbuka puasa.
Metode Pembelajaran yang Efektif
Metode pembelajaran yang diterapkan dalam program 'One Day One Ayat' ini cukup unik dan inovatif. Menurut Nur Lathifah Dzakiyyah Aqilah, salah satu perwakilan mahasiswa Fakultas Psikologi UNM, ada dua trik utama yang digunakan, yaitu melalui suara dan penglihatan. "Warga binaan diperdengarkan ayat terakhir Surah Al-Baqarah, diputar sebanyak tiga kali. Selanjutnya, ayat tersebut ditulis di atas kertas dan dibaca berulang sebanyak 10-20 kali. Dari situ, kami bisa mengidentifikasi apakah mereka lebih mudah menghafal lewat pendengaran atau penglihatan," jelasnya. Metode ini menunjukkan perhatian terhadap perbedaan gaya belajar setiap individu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Program ini tidak hanya fokus pada hafalan Al-Quran, tetapi juga bertujuan untuk menggali potensi kognitif warga binaan. Dengan melibatkan mahasiswa psikologi, program ini diharapkan dapat memberikan pendekatan yang lebih terstruktur dan terukur dalam pengembangan kemampuan menghafal Al-Quran. Selain itu, program ini juga memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk belajar dan mengajar, sehingga menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan memberdayakan. Para warga binaan yang telah mahir diharapkan dapat membantu warga binaan lain yang masih kesulitan.
Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari jumlah warga binaan yang berhasil menghafal Al-Quran, tetapi juga dari dampak positif yang diberikan terhadap perubahan perilaku dan mental para warga binaan. Diharapkan, setelah mengikuti program ini, para warga binaan dapat memiliki bekal keterampilan dan pemahaman agama yang lebih baik, sehingga dapat menjalani kehidupan yang lebih baik setelah bebas nanti. Program ini juga menjadi contoh nyata bagaimana lembaga pemasyarakatan dapat berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan potensi warga binaan.
Dengan adanya program ini, Rutan Kelas I Makassar tidak hanya menjalankan fungsi penahanan, tetapi juga berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan diri warga binaan. Program ini juga menunjukkan kolaborasi yang baik antara lembaga pemasyarakatan dengan perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup warga binaan.