Target 40 Warga Binaan Khatam Al-Quran di Lapas Suliki Selama Ramadhan
Lembaga Pemasyarakatan Suliki, Sumatera Barat, menargetkan 40 warga binaan pemasyarakatan (WBP) dapat menyelesaikan membaca Al-Quran selama Ramadhan 2025 melalui program pesantren Ramadhan.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, memiliki target mulia selama Ramadhan 2025. Sebanyak 40 warga binaan pemasyarakatan (WBP) ditargetkan dapat menyelesaikan membaca Al-Quran. Program pesantren Ramadhan yang digulirkan Lapas Suliki menjadi kunci keberhasilan target tersebut. Kepala Lapas Suliki, Kamesworo, menjelaskan program ini secara detail di Sarilamak, Rabu.
"Lapas Suliki menggulirkan program pesantren yang diikuti oleh para narapidana atau WBP selama Ramadhan, ditargetkan pada akhir nanti ada 40 santri yang khatam Al Quran," ujar Kamesworo. Program ini dirancang untuk mendekatkan para narapidana dengan kitab suci Al-Quran, memberikan mereka kesempatan untuk memahami dan mengkaji isi Al-Quran secara mendalam.
Keterlibatan aktif para narapidana dalam program ini sangat penting. Mereka akan mengikuti kegiatan tadarus yang terjadwal setiap hari, mulai dari waktu subuh, siang hari, hingga setelah ibadah malam. Selain tadarus, program pesantren juga mencakup materi dan pembelajaran agama lainnya, guna membentuk karakter dan perilaku yang lebih baik.
Program Pesantren Ramadhan di Lapas Suliki
Program pesantren Ramadhan di Lapas Suliki melibatkan 10 tenaga pengajar, yang terdiri dari ustadz dan ustadzah berpengalaman. Mereka akan membimbing dan memberikan pelajaran kepada para narapidana. "Secara umum misi kami adalah mampu mengubah diri serta perilaku para narapidana selama Ramadhan lewat pendidikan agama serta Al Quran," jelas Kamesworo. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku dan kehidupan para WBP.
Kegiatan pesantren di Lapas Suliki berjalan dengan aman dan kondusif. Para warga binaan menyambut program ini dengan antusias. Hal ini menunjukkan kesiapan dan keinginan mereka untuk memperbaiki diri selama bulan Ramadhan. Lapas Suliki saat ini memiliki 132 penghuni, dengan 99 persen beragama Islam. Program ini menjadi bukti nyata komitmen Lapas Suliki dalam membina dan membimbing para narapidana.
Kamesworo menambahkan bahwa meskipun para narapidana pernah melakukan kesalahan di masa lalu, hal itu tidak berarti mereka akan selamanya salah. "Kami percaya bahwa mereka bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik, di sanalah lapas berperan untuk mendukung serta mendorong perubahan tersebut," tegasnya. Lapas Suliki berkomitmen untuk memberikan kesempatan kedua bagi para narapidana untuk memperbaiki diri dan kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik.
Dukungan Berbagai Pihak
Keberhasilan program pesantren Ramadhan di Lapas Suliki tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, Kementerian Agama (Kemenag), Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Suliki, Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Lima Puluh Kota, Pesantren An-Nahl, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) setempat turut memberikan kontribusi yang signifikan. Kerjasama dan dukungan tersebut sangat penting untuk keberlangsungan dan kesuksesan program pembinaan narapidana di Lapas Suliki.
Program ini menjadi bukti nyata bahwa pembinaan narapidana tidak hanya berfokus pada hukuman, tetapi juga pada pembinaan mental dan spiritual. Dengan memberikan kesempatan untuk belajar dan memperdalam ilmu agama, diharapkan para narapidana dapat memperbaiki diri dan kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik dan produktif. Semoga program ini dapat menjadi inspirasi bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia.
Dengan adanya program ini, diharapkan para warga binaan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik setelah menjalani masa hukumannya. Semoga program ini dapat menginspirasi lembaga pemasyarakatan lain untuk menjalankan program serupa.