Serangga dan Jamur: Alternatif Sumber Protein untuk Program MBG
Dosen Ubaya, Ruth Chrisnasari, mengusulkan serangga dan jamur sebagai alternatif sumber protein dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena kandungan nutrisi tinggi dan budidaya yang mudah.
Surabaya, 5 Februari 2024 - Dalam upaya meningkatkan gizi anak-anak Indonesia, dosen Universitas Surabaya (Ubaya), Ruth Chrisnasari, S.TP., M.P., mengajukan solusi inovatif: memanfaatkan serangga dan jamur sebagai alternatif sumber protein dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kandungan Gizi Serangga yang Tinggi
Ruth, yang juga kandidat PhD dari Laboratory of Food Chemistry, Wageningen University and Research, Belanda, menjelaskan bahwa serangga menawarkan kandungan protein yang jauh lebih tinggi daripada daging ayam, sapi, atau babi. "Serangga seperti belalang dan ulat sagu memiliki kadar protein antara 28 hingga 44 persen, jauh melebihi daging konvensional yang hanya sekitar 20 persen," ujarnya dalam sebuah wawancara di Surabaya.
Selain protein, belalang juga kaya akan lemak, khususnya asam lemak tak jenuh. Kandungan lemak totalnya mencapai 42 hingga 55 persen. "Kandungan mineral seperti zat besi yang tinggi juga berpotensi mengatasi defisiensi zat besi pada anak-anak," tambah Ruth. Lemak alami pada serangga juga memberikan rasa gurih yang lezat jika diolah dengan tepat.
Ruth memberikan contoh pengolahan ulat sutra yang perlu dicuci bersih sebelum direbus dengan garam untuk menghilangkan bakteri. Ulat sutra dapat diolah dengan berbagai cara, seperti ditumis bersama sayur, dipanggang, atau digoreng untuk meningkatkan daya tariknya. Spesies belalang dan ulat sagu telah dikonsumsi secara luas di berbagai negara, termasuk di Afrika dan Amerika Latin.
Jamur: Alternatif Protein yang Mudah Dibudidayakan
Tidak hanya serangga, Ruth juga menyoroti potensi jamur sebagai sumber protein berkelanjutan. Jamur tiram, jamur kuping, dan jamur kancing memiliki kandungan protein yang setara dengan protein hewani, namun lebih mudah diterima masyarakat karena pengolahannya yang sederhana. "Jamur dapat dibudidayakan dengan mudah, seperti yang telah dilakukan oleh Fakultas Teknobiologi Ubaya bersama masyarakat di Trawas, Jawa Timur," katanya.
Berbagai olahan jamur, seperti digoreng, ditumis, atau direbus dalam sup, disukai berbagai kalangan usia. Namun, Ruth mengingatkan pentingnya memperhatikan penggunaan minyak, terutama saat menggoreng, karena jamur cenderung menyerap minyak lebih banyak daripada serangga.
Solusi Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan
Dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan kemudahan budidaya, serangga dan jamur menawarkan solusi alternatif yang menjanjikan untuk meningkatkan gizi anak-anak dalam program MBG. Inovasi ini juga berkontribusi pada ketahanan pangan yang lebih berkelanjutan. Program MBG dapat dieksplorasi lebih lanjut dengan menggabungkan sumber protein alternatif ini ke dalam menu makanannya.
Kesimpulannya, penggunaan serangga dan jamur sebagai alternatif sumber protein dalam program MBG merupakan langkah inovatif yang patut dipertimbangkan. Selain kaya nutrisi, kedua bahan pangan ini juga mudah dibudidayakan, sehingga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan penerapan yang efektif dan aman.