Sri Mulyani: Pelemahan Rupiah Tak Cerminkan Fundamental Ekonomi RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani tegaskan pelemahan nilai tukar rupiah lebih dipengaruhi dinamika global, bukan fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat.

Jakarta, 30 April 2025 - Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, memberikan pernyataan resmi terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS beberapa waktu terakhir. Dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi April 2025 di Jakarta, beliau menegaskan bahwa pelemahan tersebut bukan cerminan dari kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang sebenarnya.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah lebih dipengaruhi oleh dinamika global yang kompleks dan fluktuatif. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia, menurutnya, tetap kuat dan stabil. Pernyataan ini disampaikan untuk memberikan gambaran yang jelas kepada masyarakat dan investor terkait kondisi ekonomi domestik.
Data menunjukkan rata-rata nilai tukar rupiah secara tahun berjalan (Januari-Maret 2025) mencapai Rp16.443 per dolar AS. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan target pemerintah dalam asumsi makro APBN 2025 yang menetapkan nilai tukar rupiah pada level Rp16.000 per dolar AS. Meskipun demikian, Sri Mulyani menekankan bahwa fluktuasi kurs merupakan hal yang wajar dalam konteks ekonomi global yang dinamis.
Dinamika Global sebagai Faktor Utama
Sri Mulyani memaparkan beberapa faktor global yang turut mempengaruhi pelemahan rupiah. Salah satunya adalah ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan Federal Funds Rate (Fed Fund Rate) oleh The Fed. Namun, inflasi AS yang masih tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat membuat The Fed lebih berhati-hati, sehingga mendorong aliran modal kembali ke Amerika Serikat dan menguatkan indeks dolar AS.
Situasi semakin kompleks dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dan kebijakan tarif resiprokal yang diambilnya. Kebijakan ini berdampak pada sekitar 70 negara mitra dagang AS, termasuk Indonesia, dan memicu gejolak di sektor keuangan global. Ketidakpastian ekonomi global meningkat tajam, membuat dinamika pasar keuangan menjadi sangat fluktuatif, terutama pada kuartal pertama 2025.
"Ini menyebabkan nilai tukar terhadap dolar di banyak negara mengalami penyesuaian, tak terkecuali Indonesia," jelas Sri Mulyani. Beliau menekankan pentingnya memahami konteks global dalam menilai pergerakan nilai tukar rupiah.
Sebagai informasi tambahan, pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, nilai tukar rupiah menguat sebesar 46 poin (0,27 persen) menjadi Rp16.715 per dolar AS.
Analisis Pasar dan Prospek ke Depan
Lukman Leong, analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures, memperkirakan penguatan rupiah akan terbatas. Hal ini didasarkan pada harapan akan adanya perundingan terkait kebijakan tarif AS. Perundingan tersebut diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian dan menstabilkan pasar keuangan global.
Meskipun terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, Sri Mulyani memastikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat. Pemerintah terus memantau perkembangan ekonomi global dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Sri Mulyani juga menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi dan peningkatan daya saing untuk menghadapi tantangan global.
Secara keseluruhan, pernyataan Sri Mulyani memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi nilai tukar rupiah. Pelemahan tersebut lebih disebabkan oleh faktor eksternal dan fluktuasi pasar global, bukan karena lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. Pemerintah terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.