Target Tanam Padi Banyuwangi 151.048 Hektare: Dorong Swasembada Pangan Nasional
Pemkab Banyuwangi bertekad mencapai target tanam padi seluas 151.048 hektare pada tahun ini untuk mendukung swasembada pangan nasional, dengan berbagai strategi peningkatan produktivitas.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menetapkan target ambisius dalam sektor pertanian: menanam padi seluas 151.048 hektare pada tahun ini. Langkah ini merupakan bagian integral dari upaya Banyuwangi untuk berkontribusi pada pencapaian swasembada pangan nasional. Inisiatif ini diumumkan oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, setelah acara Gerakan Menanam Padi Serentak di Kecamatan Sobo pada Rabu. Program ini melibatkan berbagai strategi, mulai dari optimalisasi lahan hingga penggunaan teknologi pertanian modern.
Hingga April 2025, luas lahan yang telah ditanami padi di Banyuwangi telah mencapai 41.874 hektare. Angka ini masih jauh dari target, namun Bupati Ipuk optimistis target tersebut dapat tercapai. Ia menekankan komitmen Pemkab Banyuwangi untuk terus mendorong peningkatan luas tanam, termasuk dengan mengeksplorasi lahan non-sawah yang potensial. "Ini akan terus kami dorong hingga mencapai target 151.048 hektare pada tahun ini, termasuk dengan memanfaatkan lahan non-sawah," tegas Bupati Ipuk.
Dukungan terhadap program swasembada pangan nasional menjadi landasan utama kebijakan ini. Bupati Ipuk menyatakan Banyuwangi berkomitmen penuh untuk mendukung program tersebut. "Banyuwangi mendukung program swasembada pangan nasional yang digagas oleh Presiden," ujarnya. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai kebijakan dan program terintegrasi yang berfokus pada peningkatan produktivitas dan perluasan lahan tanam padi.
Strategi Peningkatan Produktivitas Padi Banyuwangi
Pemkab Banyuwangi menerapkan berbagai strategi untuk mencapai target tanam padi yang ambisius. Salah satu langkah kunci adalah memperketat izin pembangunan di atas lahan persawahan. Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi lahan pertanian produktif dan mencegah alih fungsi lahan yang dapat mengancam ketahanan pangan daerah. Selain itu, Pemkab juga mendorong penggunaan pupuk alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Penggunaan pupuk hayati dan pupuk organik cair (POC) menjadi fokus utama. Hingga tahun 2024, Pemkab Banyuwangi telah menyalurkan 137.130 liter pupuk organik cair untuk lahan seluas 13.713 hektare. Pendampingan intensif kepada petani juga diberikan untuk memastikan penggunaan pupuk alternatif tersebut efektif dan optimal. Mekanisasi pertanian juga dioptimalkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Tidak hanya itu, Pemkab Banyuwangi juga memperhatikan ketersediaan air irigasi. Pembangunan embung atau penampungan air menjadi salah satu prioritas. Saat ini, terdapat 337 bendungan daerah yang masih berfungsi dengan baik. Pemkab telah mengajukan pembangunan tiga embung besar baru kepada pemerintah provinsi dan pusat untuk meningkatkan ketersediaan air baku bagi lahan pertanian.
Infrastruktur dan Pendampingan Petani
Pembangunan infrastruktur pendukung pertanian menjadi kunci keberhasilan program ini. Embung Lider, Kerawang, dan Singolatri merupakan contoh infrastruktur yang telah dibangun untuk menjamin ketersediaan air irigasi. Ketiga embung ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah sekitarnya. Selain infrastruktur, pendampingan intensif kepada petani juga menjadi fokus utama.
Pemkab Banyuwangi memberikan pelatihan dan bimbingan teknis kepada petani mengenai teknik budidaya padi yang modern dan efisien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola lahan pertanian mereka. Dengan demikian, diharapkan produktivitas padi di Banyuwangi dapat meningkat secara signifikan. Program ini juga mencakup penyediaan akses terhadap teknologi pertanian modern dan informasi pasar yang dibutuhkan petani.
Melalui berbagai strategi terintegrasi ini, Pemkab Banyuwangi optimistis dapat mencapai target tanam padi seluas 151.048 hektare dan berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional. Komitmen yang kuat, strategi yang terukur, dan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan petani menjadi kunci keberhasilan program ini.
Keberhasilan program ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi padi, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan petani. Dengan peningkatan produksi dan harga jual yang stabil, petani diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan taraf hidup mereka.