TPT Sumsel Turun, Tapi Pengangguran Meningkat: BPS Catat Fakta Menarik Februari 2025
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Selatan turun menjadi 3,89 persen pada Februari 2025, namun jumlah pengangguran justru meningkat; BPS ungkap detailnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel) baru-baru ini merilis data yang menarik perhatian terkait tingkat pengangguran di daerah tersebut. Pada Februari 2025, TPT Sumsel tercatat sebesar 3,89 persen, menunjukan penurunan 0,08 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (3,97 persen). Data ini dirilis pada Selasa di Palembang oleh Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto. Namun, dibalik penurunan angka TPT, terdapat fakta lain yang perlu diperhatikan lebih lanjut.
Penurunan TPT ini berarti terdapat sekitar tiga hingga empat orang penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja di Sumsel. Rinciannya, TPT laki-laki turun dari 3,96 persen menjadi 3,93 persen, sementara TPT perempuan juga mengalami penurunan dari 3,99 persen menjadi 3,83 persen. Meskipun angka TPT secara keseluruhan menurun, perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penurunan ini dan apakah penurunan tersebut berdampak signifikan pada kesejahteraan masyarakat Sumsel.
Namun, data BPS juga menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran. Meskipun TPT menurun, jumlah pengangguran justru mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan di Sumsel yang membutuhkan analisis lebih mendalam untuk menemukan solusi yang tepat dan efektif.
Analisis Data TPT Sumsel Februari 2025
Data BPS Sumsel menunjukkan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan. Pertama, TPT tertinggi berdasarkan jenjang pendidikan berada pada tingkat SMK, mencapai 10,21 persen. Ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas pendidikan vokasi agar lulusan SMK lebih mudah terserap di pasar kerja. Kedua, jumlah penduduk usia kerja di Sumsel meningkat menjadi 6,62 juta jiwa, bertambah 92 ribu orang dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk usia kerja ini berdampak pada peningkatan jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Penduduk angkatan kerja di Sumsel tercatat sebanyak 4,67 juta orang, meningkat 117,60 ribu orang. Sebaliknya, penduduk bukan angkatan kerja menurun sebanyak 25,40 ribu orang, menjadi 1,95 juta jiwa. Perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan penduduk angkatan kerja dan penurunan penduduk bukan angkatan kerja. Apakah peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan partisipasi angkatan kerja atau faktor lainnya?
Dari total penduduk angkatan kerja, sebanyak 4,49 juta orang terserap di lapangan pekerjaan, meningkat 116,88 ribu orang. Rinciannya, 2,71 juta jiwa bekerja penuh waktu, 1,37 juta jiwa bekerja paruh waktu, dan 0,41 juta jiwa merupakan pekerja setengah pengangguran. Data ini menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja, namun perlu dipertimbangkan pula kualitas pekerjaan yang diperoleh.
Ironisnya, meskipun penyerapan tenaga kerja meningkat, jumlah pengangguran yang tidak bekerja selama satu tahun (Februari 2024-Februari 2025) juga meningkat. Angka pengangguran mencapai 0,18 juta jiwa, atau meningkat 0,72 ribu orang. Ini menjadi catatan penting yang perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah Sumsel.
Kesimpulan
Data BPS Sumsel menunjukkan adanya penurunan TPT, namun peningkatan jumlah pengangguran. Hal ini menunjukan adanya kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan di Sumsel yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Peningkatan kualitas pendidikan vokasi, peningkatan penyerapan tenaga kerja, dan upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru menjadi hal-hal penting yang perlu diprioritaskan untuk mengatasi permasalahan ini. Pemerintah daerah Sumsel perlu melakukan analisis lebih mendalam dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.