Trenggalek Rancang Tata Kota Berkelanjutan: Menuju Net Zero Carbon
Kabupaten Trenggalek berkolaborasi dengan arsitek lanskap internasional untuk merancang tata kota berkelanjutan dengan konsep Net Zero Carbon, mengintegrasikan ekonomi hijau dan ekowisata.

Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, memulai langkah besar dalam perencanaan tata kota. Pemerintah Kabupaten Trenggalek resmi menggandeng arsitek lanskap internasional, Qintharra U. Yassifa, untuk merancang sebuah rencana tata kota yang berkelanjutan dan selaras dengan visi Net Zero Carbon. Inisiatif ini diumumkan pada 14 Februari 2024, menandai komitmen Trenggalek untuk pembangunan yang ramah lingkungan dan berdaya saing.
Menuju Trenggalek yang Ramah Lingkungan
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menjelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan ini tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kesehatan lingkungan dan daya saing daerah. "Kita ingin membangun kota yang tidak hanya ekonominya tumbuh, tetapi juga sehat dan berdaya saing. Target kita Net Zero Carbon dan ekonomi berpenghasilan tinggi," ujar Bupati Nur Arifin. Konsep Net Zero Carbon ini diwujudkan melalui pembangunan kota yang ramah lingkungan dan berkonsep walkable city, serta pengembangan ekonomi hijau.
Lebih lanjut, Bupati menambahkan bahwa perencanaan tata kota ini juga bertujuan untuk menarik investasi dan membuka lapangan kerja baru. "Kita butuh tata kota yang menarik investasi dan membuka lebih banyak lapangan kerja, sekaligus ramah lingkungan," tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa visi Trenggalek tidak hanya terbatas pada lingkungan, tetapi juga mencakup kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Integrasi Smart City dan Ekowisata
Qintharra U. Yassifa, arsitek lanskap yang ditunjuk, memaparkan rencana untuk menjadikan Trenggalek sebagai Smart City Hub. Konsep ini mengintegrasikan pembangunan kota pintar dengan konsep ramah lingkungan. "Intinya, kita ingin menciptakan kota yang ramah lingkungan dan masyarakat. Masyarakat juga harus berperan dalam pengurangan emisi karbon," jelasnya. Partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan rencana ini.
Potensi Trenggalek di sektor ekowisata dan warisan budaya menjadi fokus utama dalam perencanaan ini. Salah satu contohnya adalah pengembangan Kebun Kopi yang memiliki nilai historis dan lingkungan yang terjaga. "Potensinya luar biasa, tinggal bagaimana kita meningkatkan nilai tambahnya agar lebih menarik bagi wisatawan," ujar Qintharra. Pengembangan ini akan meningkatkan daya tarik Trenggalek sebagai destinasi wisata yang unik dan berkelanjutan.
Perencanaan Partisipatif dan Berkelanjutan
Dalam beberapa bulan ke depan, Qintharra dan timnya akan melakukan penelitian dan pemetaan kawasan strategis. Proses perencanaan ini akan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. "Kita akan desain cluster-cluster yang memungkinkan masyarakat berinteraksi dan memanfaatkan ruang kota dengan optimal," imbuhnya. Dengan pendekatan partisipatif ini, diharapkan rencana tata kota ini dapat mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat Trenggalek.
Pemerintah Kabupaten Trenggalek berharap rencana tata kota ini akan menjadi landasan pembangunan Trenggalek hingga tahun 2045. Rencana ini mengedepankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Komitmen ini menunjukkan visi Trenggalek untuk menjadi daerah yang maju dan ramah lingkungan secara beriringan.
Kesimpulan
Inisiatif Trenggalek dalam merancang tata kota berkelanjutan dengan konsep Net Zero Carbon merupakan langkah progresif. Kolaborasi dengan arsitek lanskap internasional dan pendekatan partisipatif menunjukkan komitmen yang kuat untuk pembangunan berkelanjutan. Suksesnya rencana ini akan menjadikan Trenggalek sebagai contoh bagi daerah lain dalam mewujudkan pembangunan yang seimbang antara ekonomi dan lingkungan.