UEA Suntik Dana Rp163,3 Triliun ke Danantara untuk Proyek EBT
Uni Emirat Arab (UEA) berencana menginvestasikan 10 miliar dolar AS ke Danantara, perusahaan investasi Indonesia, untuk pengembangan pembangkit energi terbarukan berkapasitas 10 gigawatt.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan rencana investasi besar-besaran dari Uni Emirat Arab (UEA) ke Indonesia. Investasi senilai 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp163,3 triliun (dengan kurs Rp16.330) akan disalurkan ke Danantara, perusahaan investasi milik negara Indonesia. Investasi ini ditujukan untuk pengembangan proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT) skala besar.
Pengumuman tersebut disampaikan Luhut di Jakarta pada Kamis lalu. Ia menjelaskan bahwa komitmen investasi ini disampaikan langsung oleh Menteri Energi dan Infrastruktur UEA, Suhail Mohamed Al Mazrouei, sepuluh hari sebelumnya. Rencana pengembangan EBT ini ditargetkan berkapasitas hingga 10 gigawatt.
"Dia bilang oke, mari kita lakukan usaha patungan 10 gigawatt. 10 gigawatt berarti 10 miliar dolar AS," ungkap Luhut, mengutip pernyataan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA. Kemitraan strategis ini menandai langkah signifikan dalam upaya Indonesia untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Investasi Strategis untuk Danantara dan Indonesia
Luhut lebih lanjut menjelaskan bahwa pembentukan Danantara merupakan sebuah strategi kunci pemerintahan Presiden Joko Widodo. Lembaga ini diproyeksikan untuk mengelola aset hingga mencapai 900 miliar dolar AS, menunjukkan potensi ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia. Kolaborasi dengan UEA dalam proyek EBT ini menjadi contoh nyata dari potensi tersebut.
Dengan adanya Danantara, Indonesia memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Selain itu, keberadaan Danantara juga diharapkan dapat membawa transparansi yang lebih tinggi dalam pengelolaan aset-aset negara. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menciptakan tata kelola yang baik dan akuntabel.
Presiden Joko Widodo sebelumnya telah mengumumkan peluncuran Danantara pada tanggal 24 Februari 2025. Pembentukan Danantara telah disahkan melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yang disetujui oleh DPR RI pada 4 Februari 2025.
Danantara: Pendorong Pemanfaatan Aset BUMN
Tujuan utama dari pembentukan Danantara adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan mengelola aset-aset tersebut secara terintegrasi dan efisien, Danantara diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
Langkah ini juga sejalan dengan amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa kekayaan alam Indonesia harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Danantara, dengan membawahi INA dan tujuh BUMN lainnya, memiliki total aset sekitar Rp9.480 triliun. Hal ini menjadikan Danantara sebagai sovereign wealth fund (SWF) atau Dana Investasi Pemerintah terbesar keempat di dunia.
Investasi dari UEA ini bukan hanya sekadar suntikan modal, tetapi juga sebuah bentuk kepercayaan internasional terhadap potensi ekonomi Indonesia dan komitmen pemerintah dalam mengembangkan energi terbarukan. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi contoh sukses bagi kerja sama ekonomi dan investasi di masa depan.
Keberhasilan proyek ini akan memberikan dampak positif yang luas, mulai dari peningkatan akses energi bersih hingga terciptanya lapangan kerja baru. Dengan demikian, investasi UEA ke Danantara merupakan langkah penting dalam pembangunan berkelanjutan Indonesia.