Upacara Ciswak: Tradisi Warga Tionghoa Parakan Usai Imlek
Warga keturunan Tionghoa di Parakan, Temanggung, menggelar upacara Ciswak setelah Imlek 2576 untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan keberuntungan, serta menekankan pentingnya berbuat kebajikan.

Temanggung, Jawa Tengah - Usai merayakan Tahun Baru Imlek 2576, warga keturunan Tionghoa di Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar upacara Ciswak. Upacara ini menjadi tradisi tahunan yang sarat makna bagi mereka.
Melindungi dari Marabahaya
Handoko, Sekretaris Umum TITD Hok Tek Tong Parakan, menjelaskan bahwa upacara Ciswak bertujuan untuk memohon perlindungan dari segala marabahaya dan malapetaka. "Jadi, setelah melewati Tahun Baru Imlek, kita mengadakan upacara Ciswak untuk menghindarkan dari semua marabahaya, malapetaka dan lain-lain," ujarnya.
Doa yang dipanjatkan dalam upacara ini berisi harapan akan kesehatan prima, kelancaran pekerjaan, rezeki yang berlimpah, serta keharmonisan keluarga. Tidak hanya itu, mereka juga mendoakan terciptanya suasana tenang, tenteram, dan damai bagi semua.
Upacara Inklusif
Uniknya, upacara Ciswak di Parakan ini terbuka untuk umum. Peserta tidak hanya berasal dari Parakan sendiri, tetapi juga dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta. "Jadi, kita tidak membatasi siapa pun yang merasa memerlukan itu kita layani, karena kelenteng ini sifatnya adalah pelayanan. Bagi umat yang membutuhkan kita layani, misalnya ada yang datang karena sakit minta obat juga dilayani, kemudian juga ada yang minta jodoh, minta rezeki ya dilayani," jelas Handoko.
Namun, Handoko menekankan bahwa terkabul atau tidaknya permohonan tersebut bergantung pada karma baik yang telah dilakukan masing-masing individu. Semakin banyak kebajikan yang dilakukan, semakin besar kemungkinan permohonan tersebut dikabulkan.
Pentingnya Berbuat Kebajikan
Sebagai bagian integral dari upacara Ciswak, Handoko juga menekankan pentingnya berbuat kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Ia bahkan menganjurkan para pemeluk kepercayaan Konghucu untuk mencatat setiap perbuatan baik mereka. "Kita menganjurkan umat untuk setiap hari melakukan kebajikan, setiap kali melakukan kebajikan itu saya suruh ngasih dengan titik spidol merah, kemudian harus terkumpul dalam satu hati itu setidaknya 10 kebajikan, andaikata belum lengkap pada malam hari bawa bungkusan nasi cari para tunawisma kita berikan," tuturnya.
Ajaran ini didasari keyakinan bahwa hanya dengan berbuat kebajikan, Tuhan akan berkenan. "Dalam agama Konghucu hanya dengan kebajikan Tuhan berkenan, tanpa kebajikan tidak bisa. Oleh karena itu, di dalam doa kita selalu mengatakan dengan kebajikannya yang telah saya amalkan semoga karma baik cepat berbuah di dalam bentuk apa, itu harapan dan cita-cita," kata Handoko.
Tradisi dan Harapan
Upacara Ciswak di Parakan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga menjadi simbol harapan dan tekad untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik. Upacara ini memperlihatkan bagaimana tradisi Tionghoa di Indonesia tetap lestari dan beradaptasi dengan konteks budaya lokal. Peserta upacara Ciswak berharap agar tahun baru ini membawa keberuntungan, kesehatan, dan kedamaian bagi semua.
Setiap tahunnya, sekitar 100 orang mengikuti upacara ini, menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi komunitas Tionghoa di Parakan dan sekitarnya. Upacara ini juga menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai kebajikan dan spiritualitas tetap dipegang teguh oleh mereka.