Wameninves Tawarkan 77 Proyek Hilirisasi ke Investor Australia
Wakil Menteri Investasi menawarkan 77 proyek hilirisasi strategis nasional kepada 40 investor Australia, dengan potensi investasi mencapai 618 miliar dolar AS.

Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Australia pada 19-20 Maret 2024. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk menawarkan peluang investasi di sektor hilirisasi kepada 40 perusahaan asal Australia. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk menarik minat investasi asing guna mendukung program hilirisasi nasional.
Dalam pernyataan resmi di Jakarta pada Jumat, Wameninves Todotua Pasaribu menyampaikan bahwa 77 proyek strategis nasional (PSN) di sektor hilirisasi akan diprioritaskan pada periode 2025-2029. Proyek-proyek tersebut mencakup berbagai komoditas, termasuk hilirisasi garam, pengembangan soda ash, hilirisasi kelapa sawit, kelapa dan rumput laut, serta hilirisasi nikel, timah, bauksit, dan tembaga. Potensi investasi yang ditawarkan sangat besar, mencapai 618 miliar dolar AS.
Indonesia secara aktif mengajak investor asing untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi nasional melalui hilirisasi. "Indonesia telah mengidentifikasi 28 komoditas hilirisasi dengan potensi investasi mencapai 618 miliar dolar AS. Kami mengundang investor Australia untuk memanfaatkan peluang ini dengan berinvestasi di sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi nikel dan bauksit, pengembangan energi terbarukan, serta infrastruktur digital," ujar Wameninves.
Peluang Investasi Hilirisasi di Indonesia
Data menunjukkan bahwa Australia merupakan salah satu investor penting di Indonesia. Selama periode 2019-2024, Australia menempati peringkat ke-10 sebagai negara dengan realisasi investasi terbesar di Indonesia, dengan total investasi mencapai 2,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp44,5 triliun (kurs Rp16.510). Sektor pertambangan menjadi primadona investasi Australia di Indonesia, dengan kontribusi sebesar 59,4 persen dari total investasi.
Sektor lain yang juga menarik minat investor Australia antara lain hotel dan restoran (7,9 persen), jasa lainnya (7,1 persen), perumahan, kawasan industri dan perkantoran (4,7 persen), serta perikanan (4,7 persen). Hal ini menunjukkan diversifikasi minat investasi Australia di Indonesia, meskipun pertambangan masih mendominasi.
Pemerintah Indonesia optimistis bahwa peluang investasi di sektor hilirisasi akan menarik minat investor Australia yang lebih besar lagi. Dengan potensi investasi yang sangat besar dan komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan sektor ini, Indonesia siap menjadi destinasi investasi yang menarik bagi investor global, termasuk Australia.
Respons Positif dari Australia
Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia, Don Farrell, memberikan respons positif terhadap tawaran investasi yang disampaikan oleh Pemerintah Indonesia. Ia melihat potensi kerja sama ekonomi yang lebih luas antara kedua negara, khususnya terkait rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada sektor hilirisasi, tetapi juga mencakup berbagai sektor lainnya. Hal ini menunjukkan komitmen kuat Australia untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Indonesia dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
Dengan potensi investasi yang besar dan dukungan dari pemerintah, sektor hilirisasi di Indonesia diyakini akan semakin berkembang dan menarik minat investor asing. Kerja sama dengan Australia diharapkan dapat mempercepat proses hilirisasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Potensi Investasi Hilirisasi di Indonesia:
- Hilirisasi nikel dan bauksit
- Pengembangan energi terbarukan
- Infrastruktur digital
- Hilirisasi garam
- Proyek pengembangan soda ash
- Hilirisasi kelapa sawit, kelapa, dan rumput laut
- Hilirisasi timah dan tembaga
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik bagi investor asing. Dengan adanya dukungan kebijakan dan potensi pasar yang besar, Indonesia siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.