79,5% Warga Indonesia Terhubung Internet: Tantangan Keamanan Digital dan Perlindungan Anak
Menkominfo ungkap 79,5% penduduk Indonesia telah terhubung internet, tetapi juga soroti peningkatan kasus pornografi anak dan perlunya perlindungan digital bagi anak-anak.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Meutya Hafid baru-baru ini mengumumkan bahwa lebih dari 221 juta penduduk Indonesia, atau setara dengan 79,5 persen dari total populasi, telah terhubung ke internet. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia, sekaligus menyoroti tantangan signifikan dalam menjaga keamanan digital dan melindungi anak-anak di dunia maya.
Tingkat Konektivitas dan Risiko Keamanan
Tingginya angka penetrasi internet di Indonesia, meskipun menguntungkan dalam berbagai aspek, juga meningkatkan risiko keamanan digital. Menkominfo menekankan bahwa tingkat keaktifan penggunaan internet di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti Australia, Inggris, dan Jerman. "Artinya kalau ruang digitalnya tidak aman berarti kita jauh lebih terpapar dari negara-negara yang saya sebutkan tadi," ujar Meutya.
Pernyataan ini menyoroti pentingnya regulasi dan upaya pencegahan kejahatan siber yang efektif. Dengan jumlah pengguna internet yang besar dan aktivitas online yang tinggi, Indonesia menjadi target yang menarik bagi berbagai ancaman digital, mulai dari penipuan online hingga kejahatan yang lebih serius.
Perlindungan Anak di Ruang Digital
Salah satu isu krusial yang diangkat Menkominfo adalah perlindungan anak di ruang digital. Dari 79,5 persen pengguna internet di Indonesia, 9,17 persen di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 12 tahun, atau generasi post-Gen Z. Mereka tumbuh dengan akses internet yang hampir tanpa batas, namun belum memiliki perlindungan yang memadai.
Lebih mengkhawatirkan lagi, 13 persen anak-anak memiliki akun rahasia yang tidak diketahui orang tua mereka. Selain itu, daya tarik dunia digital yang besar membuat 22 persen anak-anak mengabaikan aturan orang tua terkait durasi penggunaan internet. Kondisi ini menunjukkan perlunya kerjasama antara pemerintah, orang tua, dan platform digital dalam melindungi anak-anak dari potensi bahaya di internet.
Indonesia dan Kasus Pornografi Anak
Berdasarkan survei National Center for Missing & Exploited Children (NCMEC), Indonesia menempati peringkat 4 secara global dan peringkat 2 di ASEAN dalam jumlah kasus pornografi anak di ruang digital. Angka ini menjadi perhatian serius pemerintah dan mendorong upaya penguatan regulasi terkait perlindungan anak online.
Pemerintah menyadari pentingnya tindakan pencegahan dan penindakan yang tegas. "Apa yang sudah dilakukan oleh Kemkomdigi di antaranya moderasi konten negatif termasuk judi online ya, tidak hanya pornografi anak tapi judi yang melibatkan anak-anak yang angkanya juga besar," jelas Meutya.
Upaya Pemerintah: SAMAN dan Moderasi Konten
Sebagai respon terhadap tantangan ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meluncurkan Sistem Kepatuhan Modernisasi Konten (SAMAN). Sistem ini mewajibkan platform digital untuk mematuhi aturan yang berlaku dan akan dikenakan denda jika melanggar. Salah satu fokus utama SAMAN adalah penindakan terhadap konten pornografi anak dan judi online yang melibatkan anak-anak.
SAMAN merupakan langkah penting dalam upaya pemerintah untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman bagi seluruh warga Indonesia, khususnya anak-anak. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kerjasama aktif dari berbagai pihak, termasuk platform digital, orang tua, dan masyarakat luas.
Kesimpulan
Tingginya penetrasi internet di Indonesia menghadirkan peluang sekaligus tantangan. Pemerintah perlu terus meningkatkan upaya perlindungan anak di ruang digital, menguatkan regulasi, dan meningkatkan literasi digital bagi masyarakat. Kerjasama antara pemerintah, platform digital, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan online yang aman dan produktif bagi semua.