Festival Ela-Ela Sofifi: Meriahkan Malam Lailatul Qadar dengan Tradisi Lokal Maluku Utara
Festival Ela-Ela di Sofifi, Maluku Utara, sukses digelar, menampilkan pawai obor dan perlombaan, melestarikan tradisi lokal dan nilai keagamaan dalam suasana Ramadan.

Festival Ela-Ela, sebuah perayaan akulturasi budaya lokal dan nilai keagamaan di Maluku Utara, telah sukses digelar di Masjid Raya Shaful Khairaat, Sofifi pada tanggal 28 Maret. Acara yang dipusatkan di Masjid Raya Shaful Khairaat ini dihadiri ratusan warga dan pejabat pemerintahan, termasuk Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe. Pawai obor meriah yang diikuti 700 peserta dari berbagai elemen masyarakat menjadi daya tarik utama festival ini.
Wakil Gubernur Sarbin Sehe dalam sambutannya menekankan pentingnya melestarikan tradisi Ela-Ela sebagai warisan budaya leluhur. “Ela-ela merupakan akulturasi budaya lokal dan nilai keagamaan yang perlu dilestarikan,” ujarnya. Ia juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan ketaqwaan di bulan Ramadan. “Mari kita semua untuk senantiasa menjaga keistiqomahan ibadah kita semua untuk meningkatkan derajat ketaqwaan,” imbuhnya. Festival ini juga dimaknai sebagai upaya untuk menggapai kemuliaan dan keberkahan malam Lailatul Qadar.
Festival Ela-Ela bukan hanya sekadar perayaan, melainkan juga upaya untuk menghidupkan kembali tradisi leluhur. Wakil Gubernur bahkan mengenang masa kecilnya saat ikut serta dalam festival ini, “Zaman dahulu, pada festival ela-ela saya membakar batang pisang sebagai obor dan damar,” kenangnya. Hal ini menunjukkan betapa dalam akar tradisi Ela-Ela dalam masyarakat Maluku Utara.
Pawai Obor dan Lomba Desa Meriahkan Festival
Pawai obor yang menjadi puncak acara Festival Ela-Ela diikuti oleh 30 kelompok peserta dari berbagai kalangan, mulai dari majelis taklim, karang taruna, muslimat NU, hingga siswa SD/SMP/SMA di Tidore Kepulauan dan ikatan pemuda. Bahkan, Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara turut berpartisipasi dalam pawai tersebut. Kehadiran marching band menambah semarak suasana festival. Rute pawai dimulai dari Bundaran, melewati Desa Balbar dan Baromadoi, sebelum akhirnya berakhir di pelataran Masjid Raya Shaful Khairaat.
Selain pawai obor, Festival Ela-Ela juga menyelenggarakan lomba desa dan kelurahan di Kecamatan Oba Utara. Sebanyak 13 desa/kelurahan berpartisipasi dalam lomba yang dinilai langsung oleh tim penilai. Ketua Panitia Festival Ela-Ela, Ismad Daud, menjelaskan bahwa partisipasi aktif dari desa dan kelurahan menjadi penentu keberhasilan lomba ini.
Festival ini juga dihadiri oleh perwakilan Forkopimda Maluku Utara, Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Utara, jajaran Pimpinan OPD, perwakilan Walikota Tidore Kepulauan, Ketua DKM Shaful Khairaat, dan panitia penyelenggara. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian tradisi lokal ini.
Wakil Gubernur Sarbin Sehe dalam sambutannya berharap, Festival Ela-Ela dapat menjadi agenda tahunan Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Hal ini tidak hanya untuk menjaga nilai historis Ela-Ela, tetapi juga untuk meningkatkan daya tarik wisata religi di Maluku Utara.
Nilai Historis dan Potensi Wisata Religi
Festival Ela-Ela yang digagas oleh Gubernur Sherly Laos ini memiliki nilai historis yang tinggi bagi masyarakat Maluku Utara. Tradisi Ela-Ela yang telah diwariskan secara turun-temurun ini merepresentasikan akulturasi budaya lokal dan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Dengan menyelenggarakan festival ini, Pemerintah Provinsi Maluku Utara berupaya untuk melestarikan tradisi tersebut agar tidak hilang ditelan zaman.
Selain nilai historisnya, Festival Ela-Ela juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata religi. Keunikan tradisi Ela-Ela dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya dapat menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dengan pengelolaan yang baik, festival ini dapat menjadi salah satu ikon wisata religi di Maluku Utara dan berkontribusi pada perekonomian daerah.
Suksesnya penyelenggaraan Festival Ela-Ela Sofifi menjadi bukti komitmen Pemerintah Provinsi Maluku Utara dalam melestarikan budaya dan tradisi lokal. Festival ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menjadi agenda tahunan yang mampu menarik minat wisatawan serta memperkuat identitas budaya Maluku Utara.
Festival ini juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan festival menunjukkan antusiasme dan kebanggaan mereka terhadap tradisi Ela-Ela.