Taufik Hidayat: Cabang Olahraga Harus Lebih Mandiri, Tak Hanya Andalkan Pemerintah
Wamenpora Taufik Hidayat mendorong organisasi olahraga untuk lebih kreatif mencari pendanaan, menyusul pemangkasan anggaran Kemenpora sebesar Rp1,29 triliun pada APBN 2025.

Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga (Wamenpora), Taufik Hidayat, menekankan perlunya kemandirian bagi organisasi olahraga di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan menyusul pemangkasan anggaran Kemenpora sebesar Rp1,29 triliun untuk tahun 2025, sebagai bagian dari kebijakan efisiensi pemerintah. Pemangkasan ini berdampak signifikan terhadap dukungan pemerintah terhadap prestasi atlet nasional.
"Saya berharap para ketua cabang olahraga bisa menenangkan atletnya. Memberikan solusi yang baik dan punya rencana yang matang ke depan," ujar Taufik saat mengunjungi Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, Rabu lalu. Taufik, mantan pebulu tangkis andalan Indonesia, menyatakan bahwa ketergantungan penuh pada pemerintah bukanlah solusi jangka panjang untuk memajukan prestasi olahraga nasional.
Anggaran Kemenpora untuk tahun 2025 telah dikurangi menjadi Rp1,03 triliun dari pagu definitif sebelumnya sebesar Rp2,3 triliun. Hal ini merupakan dampak dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran. Situasi ini, menurut Taufik, harus menjadi momentum bagi cabang olahraga untuk berbenah dan mencari sumber pendanaan alternatif.
Cabang Olahraga Diminta Lebih Kreatif Cari Pendanaan
Taufik Hidayat secara tegas menyatakan bahwa organisasi olahraga tidak bisa terus bergantung pada pemerintah. "Kita harus realistis. Jika semuanya hanya bergantung pada pemerintah, anggaran tidak akan cukup," tegasnya. Ia mendorong para ketua cabang olahraga untuk lebih proaktif mencari sumber pendanaan lain, bukan hanya mengandalkan anggaran pemerintah yang jumlahnya terbatas.
Taufik mencontohkan cabang olahraga bulu tangkis yang telah menunjukkan kemandiriannya. "Dari dulu, bulu tangkis tetap berjalan baik ada atau tidak ada bantuan pemerintah. Dan tidak mungkin juga kalau tidak berjalan," katanya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan strategi dan manajemen yang tepat, cabang olahraga dapat tetap berkembang meskipun dengan keterbatasan anggaran pemerintah.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya perencanaan yang matang dari setiap organisasi olahraga. "Jangan hanya nyaman di zona aman. Saat anggaran dipangkas, baru bingung mencari solusi. Ketua organisasi seharusnya sudah punya strategi untuk mencari solusi," kata Taufik. Perencanaan yang matang akan membantu organisasi olahraga menghadapi tantangan pemotongan anggaran dan tetap menjaga prestasi atlet.
Manajemen yang Baik Kunci Kemandirian
Taufik Hidayat juga menyoroti peran penting pemimpin organisasi olahraga dalam mencari pendanaan. Ia mempertanyakan peran ketua organisasi yang hanya mengandalkan anggaran pemerintah selama masa jabatannya. "Kalau jadi ketua tapi hanya mengandalkan anggaran pemerintah selama empat atau lima tahun menjabat, buat apa jadi ketua?" ujarnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang proaktif dan inovatif dalam mengelola organisasi olahraga.
Dengan adanya pemotongan anggaran, organisasi olahraga harus mampu beradaptasi dan mencari solusi kreatif untuk tetap menjalankan program pembinaan atlet. Hal ini termasuk mencari sponsor, mengoptimalkan manajemen keuangan, dan meningkatkan transparansi pengelolaan dana. Kemandirian organisasi olahraga bukan hanya penting untuk keberlangsungan program, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan prestasi atlet Indonesia di kancah internasional.
Pemangkasan anggaran ini menjadi momentum bagi organisasi olahraga untuk melakukan evaluasi dan perubahan. Dengan manajemen yang baik dan strategi pendanaan yang kreatif, organisasi olahraga dapat tetap berkembang dan mendukung prestasi atlet tanpa sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Hal ini akan menciptakan sistem olahraga yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing.
Ke depan, diharapkan organisasi olahraga di Indonesia dapat lebih proaktif dan inovatif dalam mencari sumber pendanaan. Dengan demikian, prestasi olahraga Indonesia dapat tetap terjaga dan berkelanjutan meskipun menghadapi tantangan pemotongan anggaran.