Daya Beli Petani Jambi Naik 10,51 Persen di Februari 2025!
Badan Pusat Statistik (BPS) Jambi mencatat peningkatan daya beli petani sebesar 10,51 persen pada Februari 2025, didorong kenaikan harga komoditas pertanian dan penurunan harga beberapa barang kebutuhan.
Kenaikan signifikan daya beli petani di Provinsi Jambi pada Februari 2025 menjadi sorotan. Badan Pusat Statistik (BPS) Jambi mencatat peningkatan daya beli petani perdesaan sebesar 10,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencapai angka 174,41 pada Februari 2025, naik dari 170,70 pada Januari 2025. Peningkatan ini disebabkan oleh kombinasi kenaikan indeks harga yang diterima petani dan penurunan indeks harga yang dibayarkan petani.
Kepala BPS Provinsi Jambi, Agus Sudibyo, menjelaskan bahwa peningkatan NTP sebesar 2,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya ini didorong oleh beberapa faktor. "NTP Provinsi Jambi Februari 2025 sebesar 174,41 atau naik sebesar 2,18 persen dibanding NTP bulan sebelumnya," ungkap Agus dalam keterangan pers di Jambi, Senin. Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,84 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) justru mengalami penurunan sebesar -0,33 persen.
Peningkatan daya beli petani ini membawa dampak positif bagi perekonomian pedesaan di Jambi. Hal ini menunjukkan peningkatan pendapatan petani dan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kenaikan ini juga memberikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian Jambi.
Faktor Pendorong Kenaikan Daya Beli Petani
Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) didorong oleh peningkatan harga beberapa komoditas unggulan Jambi. Komoditas seperti kelapa sawit, karet, cabai merah, pinang, kopi, cabai rawit, dan ketela rambat mengalami kenaikan harga di tingkat produsen. "Di tingkat produsen naik, artinya petani punya uang lebih banyak di bulan Februari," jelas Agus. Kenaikan harga komoditas ini memberikan dampak langsung pada pendapatan petani, sehingga meningkatkan daya beli mereka.
Di sisi lain, penurunan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) juga berkontribusi pada peningkatan NTP. Penurunan ini dipengaruhi oleh harga beberapa barang kebutuhan pokok yang turun, seperti tarif listrik, bawang merah, beras, dan daging ayam ras. Penurunan harga barang-barang ini meringankan beban pengeluaran petani, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk membeli barang dan jasa lainnya.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa indeks biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan ongkos angkut, upah penanaman, dan harga pupuk. Meskipun demikian, dampak kenaikan biaya produksi ini masih lebih kecil dibandingkan dengan dampak positif dari kenaikan harga komoditas pertanian.
Analisis Subsektor Pertanian
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan NTP tidak merata di semua subsektor pertanian. Sektor tanaman pangan dan peternakan justru mengalami penurunan NTP. Sebaliknya, subsektor holtikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan menunjukkan peningkatan NTP. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dinamika harga dan biaya produksi di masing-masing subsektor.
Provinsi Jambi sendiri menempati peringkat ketiga dalam hal kenaikan NTP di wilayah Sumatera. Prestasi ini menunjukkan kinerja positif sektor pertanian Jambi dan kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing komoditas pertanian Jambi.
Secara keseluruhan, peningkatan daya beli petani di Jambi pada Februari 2025 merupakan kabar baik bagi perekonomian daerah. Kenaikan ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam meningkatkan harga komoditas pertanian dan mengurangi beban pengeluaran petani telah membuahkan hasil. Namun, perlu tetap dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan petani di Jambi.