Grab Bantah Keras Rumor Merger dengan Gojek: Fokus pada Ekonomi Lokal
Grab Indonesia secara resmi membantah rumor merger dengan Gojek, menegaskan fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal dan peran penting talenta Indonesia dalam operasional perusahaan.
Jakarta, 15 Mei 2024 - Beredarnya rumor merger antara Grab dan Gojek telah dibantah tegas oleh Grab Indonesia. Pernyataan resmi ini disampaikan Kamis lalu, menyusul spekulasi yang berkembang di publik mengenai potensi penggabungan dua raksasa layanan transportasi dan jasa berbasis aplikasi tersebut. Bantahan ini sekaligus menegaskan komitmen Grab dalam memberdayakan ekonomi lokal dan peran penting karyawan Indonesia.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, menyatakan bahwa rumor merger tersebut tidak berdasar pada informasi yang terverifikasi. Oleh karena itu, Grab memilih untuk tidak menanggapi lebih lanjut spekulasi yang beredar. Fokus utama Grab saat ini, menurut Tirza, adalah memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta membuka peluang bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan penghasilan tambahan secara mandiri dan berkelanjutan.
Selain membantah rumor merger, Grab juga memanfaatkan kesempatan ini untuk mengklarifikasi statusnya sebagai Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Tirza menekankan bahwa meskipun berstatus PMA, operasional Grab Indonesia hampir sepenuhnya dijalankan oleh talenta lokal. Hal ini menunjukkan komitmen Grab terhadap pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
Komitmen Grab terhadap Talenta Lokal
Tirza memaparkan data yang menunjukkan bahwa 99 persen karyawan Grab Indonesia adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili dan bekerja penuh waktu di Indonesia. Hanya satu orang manajemen Grab di Indonesia yang merupakan Warga Negara Asing (WNA). Fakta ini, menurutnya, merefleksikan komitmen Grab dalam memberdayakan dan mempercayakan peran kepemimpinan kepada putra-putri bangsa, baik dalam operasional, strategi, maupun pengambilan keputusan bisnis.
Lebih lanjut, Tirza menjelaskan bahwa skema PMA yang digunakan Grab juga lazim diterapkan oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya di Indonesia, lintas sektor, mulai dari ride-hailing, e-commerce, fintech, logistik, hingga manufaktur dan energi terbarukan. Ia menambahkan bahwa perusahaan teknologi besar yang telah menjadi unicorn atau decacorn juga banyak yang mendapatkan pendanaan dari investor asing melalui struktur PMA.
Tirza juga menjelaskan manfaat PMA bagi perekonomian Indonesia. Menurutnya, skema ini memungkinkan investasi asing mengalir ke dalam negeri untuk membiayai riset dan pengembangan, memperluas infrastruktur, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat kapasitas nasional. Selain itu, PMA juga membuka peluang bagi talenta lokal untuk berkembang dan berkontribusi dalam ekosistem global, sekaligus menjadi jalur penting transfer pengetahuan dan teknologi.
PMA dan Dampak Positifnya bagi Indonesia
Grab memandang skema PMA sebagai instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi asing yang masuk melalui jalur ini, menurut Grab, berkontribusi besar pada pengembangan teknologi, perluasan infrastruktur, dan penciptaan lapangan kerja. Hal ini sejalan dengan komitmen Grab untuk terus berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
Dengan demikian, bantahan Grab terhadap rumor merger sekaligus menjadi penegasan atas komitmen perusahaan terhadap pemberdayaan ekonomi lokal dan peran penting talenta Indonesia. Grab menekankan fokusnya pada pengembangan bisnis yang berkelanjutan dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia. Status PMA, menurut Grab, justru menjadi bukti komitmen investasi jangka panjang dan kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia.
Sebagai penutup, pernyataan Grab ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai strategi dan komitmen perusahaan di Indonesia. Fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal dan pengembangan talenta Indonesia menjadi poin penting yang diangkat dalam pernyataan tersebut.