Hilal Tak Terlihat di Masjid Raya Hasyim Asy'ari, Penentuan Awal Ramadan Tunggu Sidang Isbat
Pencarian hilal di Masjid Raya Hasyim Asy'ari, Jakarta Barat, Jumat (28/2) gagal karena tertutup awan, penetapan awal Ramadan menunggu sidang isbat Kemenag.
Jakarta, 28 Februari 2024 - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta mengumumkan bahwa hilal tidak terlihat di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, Jakarta Barat, pada Jumat, 28 Februari 2024. Kegagalan ini disebabkan oleh kondisi cuaca mendung yang menghalangi pandangan teleskop. Penetapan awal Ramadan 1446 Hijriah pun kini menunggu hasil sidang isbat Kementerian Agama.
Ketua PWNU Jakarta, Syamsul Maarif, menjelaskan dalam jumpa pers di lokasi bahwa kondisi cuaca mendung menjadi faktor utama yang menghambat proses pemantauan hilal. "Ya memang faktor utama karena mendung awan ya. Jadi, itulah faktor utama yang menyebabkan tidak terlihatnya hilal," ujar Syamsul.
Meskipun hilal tidak terlihat di Masjid Raya Hasyim Asy'ari, proses penentuan awal Ramadan tidak berhenti di sini. Keputusan mengenai dimulainya puasa akan tetap menunggu hasil resmi dari sidang isbat yang akan digelar oleh Kementerian Agama. Hasil pemantauan di Masjid Raya Hasyim Asy'ari akan disampaikan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menjadi pertimbangan.
Pemantauan Hilal dan Kriteria Imkanur Rukyah
Ketua Lembaga Falakiyah PWNU Jakarta, Abdul Kholik Sholeh, menambahkan bahwa selain faktor cuaca, data hisab yang ada di Jakarta juga belum memenuhi kriteria imkanur rukyah (pertimbangan kemungkinan terlihatnya hilal) menurut NU. "Data hisab yang ada di Jakarta ini belum memenuhi kriteria imkanur rukyah Nahdlatul Ulama, yakni ketinggiannya 3 derajat. Memang di Jakarta sudah sampai bahkan 3,9 derajat, namun elongasinya (jarak sudut) itu baru sampai di 6 derajat," jelasnya. Ketentuan imkanur rukyah NU sendiri menetapkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. "Selisih sedikit, hanya kurang dari 0,4 derajat," tambah Syamsul.
Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari merupakan salah satu dari 125 titik lokasi pemantauan hilal yang tersebar di Indonesia. Pemantauan di masjid ini dilakukan oleh Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta sebagai bagian dari upaya menentukan awal Ramadan 1446 Hijriah. Hasil pemantauan dari berbagai lokasi akan dipertimbangkan dalam sidang isbat untuk menentukan awal Ramadan secara resmi.
Proses pemantauan hilal melibatkan berbagai perhitungan dan pengamatan. Data hisab, yang merupakan perhitungan astronomis, memberikan prediksi posisi hilal. Namun, pengamatan rukyah, yaitu pengamatan langsung hilal, juga sangat penting untuk memastikan visibilitas hilal. Kriteria imkanur rukyah yang ditetapkan oleh NU merupakan gabungan dari perhitungan hisab dan pertimbangan kemungkinan terlihatnya hilal secara visual.
Menunggu Kepastian dari Sidang Isbat
Meskipun hasil pemantauan di Masjid Raya Hasyim Asy'ari menunjukkan hilal tidak terlihat, umat Islam di Indonesia tetap menunggu keputusan resmi dari Kementerian Agama. Sidang isbat akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk hasil pemantauan hilal dari berbagai lokasi di Indonesia dan data hisab. Keputusan sidang isbat akan menentukan tanggal 1 Ramadan 1446 Hijriah secara resmi.
Sidang isbat merupakan mekanisme yang penting dalam menentukan awal Ramadan di Indonesia. Mekanisme ini mengakomodasi baik perhitungan hisab maupun pengamatan rukyah, sehingga diharapkan dapat memberikan keputusan yang diterima oleh seluruh umat Islam di Indonesia. Keputusan ini akan diumumkan secara resmi oleh Kementerian Agama dan akan menjadi pedoman bagi seluruh umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Dengan demikian, proses penentuan awal Ramadan masih berlanjut dan menunggu hasil resmi dari sidang isbat Kementerian Agama. Umat Islam di Indonesia diharapkan tetap tenang dan menunggu pengumuman resmi tersebut.