Kredit Perbankan Tembus Rp7.782 Triliun, Tumbuh 10,27 Persen di Januari 2025!
OJK laporkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,27 persen secara tahunan di Januari 2025, dengan total penyaluran kredit mencapai Rp7.782 triliun.
Pertumbuhan kredit di sektor perbankan Indonesia kembali menunjukan kinerja positif pada Januari 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit tumbuh sebesar 10,27 persen secara tahunan (year on year/yoy), mencapai angka Rp7.782 triliun. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan (RDKB) Februari 2025 di Jakarta, Selasa (4/3).
Meskipun mengalami penurunan tipis dibandingkan bulan Desember 2024 yang mencapai 10,39 persen yoy, pertumbuhan ini tetap menunjukkan tren positif dalam sektor keuangan Indonesia. Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan aktivitas ekonomi dan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan. "Kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang tetap terjaga," ungkap Dian Ediana Rae.
Pertumbuhan ini juga sejalan dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp8.879 triliun, atau tumbuh 5,51 persen yoy pada Januari 2025. Giro menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan DPK ini. Kondisi likuiditas perbankan juga terpantau stabil dan memadai, dengan rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang berada di atas ambang batas minimum yang ditetapkan.
Pertumbuhan Kredit dan Stabilitas Sektor Perbankan
Pertumbuhan kredit sebesar 10,27 persen yoy pada Januari 2025 menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan pelaku usaha terhadap sektor perbankan. Hal ini juga mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia yang relatif stabil dan positif. Meskipun terdapat sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, tren pertumbuhan tetap menunjukkan kinerja yang baik.
OJK juga mencatat bahwa kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,18 persen dan NPL net sebesar 0,79 persen. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat kredit bermasalah masih relatif rendah. Meskipun Loan at Risk (LAR) meningkat menjadi 9,72 persen dari 9,28 persen pada Desember 2024, angka ini masih dalam batas kewajaran dan terus dipantau oleh OJK.
Dari sisi profitabilitas, Return on Asset (ROA) tercatat sebesar 2,34 persen pada Januari 2025, sedikit menurun dibandingkan bulan Desember 2024 yang mencapai 2,69 persen. Namun, OJK menilai kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil. Hal ini didukung oleh Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di level tinggi, yaitu 27,05 persen pada Januari 2025.
Kredit BNPL dan Pemberantasan Judi Online
Pertumbuhan kredit Buy Now Pay Later (BNPL) juga menunjukan tren positif, dengan pertumbuhan sebesar 46,45 persen yoy pada Januari 2025. Total baki debet kredit BNPL mencapai Rp22,57 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,44 juta. Meskipun pertumbuhannya tinggi, porsi kredit BNPL terhadap total kredit perbankan masih relatif kecil, yaitu sebesar 0,29 persen.
OJK juga aktif dalam upaya pemberantasan judi online. Sebagai bagian dari upaya ini, OJK telah meminta perbankan untuk memblokir rekening yang terkait dengan aktivitas judi online. Sampai saat ini, tercatat kurang lebih 8.618 rekening telah diblokir berdasarkan data yang diterima dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo). OJK juga melakukan pengembangan atas laporan tersebut dengan meminta perbankan untuk menutup rekening yang memiliki kesesuaian dengan nomor identitas kependudukan dan melakukan enhanced due diligence.
Langkah-langkah yang dilakukan OJK ini menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia dan melindungi kepentingan masyarakat. Dengan pertumbuhan kredit yang positif dan langkah-langkah pengawasan yang ketat, sektor perbankan Indonesia diproyeksikan akan tetap tumbuh dan berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional.
Secara keseluruhan, data yang dirilis OJK menunjukkan bahwa sektor perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang kuat dan stabil di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh tantangan. Pertumbuhan kredit yang positif, likuiditas yang memadai, dan kualitas kredit yang terjaga menjadi indikator penting bagi kesehatan sektor perbankan Indonesia.