Mesjid Istiqlal Tetap Kokoh, Tak Terdampak Pemotongan Anggaran Pemerintah
Imam Besar Mesjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menyatakan bahwa kebijakan efisiensi anggaran pemerintah tidak mempengaruhi operasional mesjid terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mendorong penghematan anggaran di berbagai lembaga negara. Namun, kebijakan ini ternyata tidak berdampak negatif terhadap aktivitas dan layanan di Masjid Istiqlal. Hal ini disampaikan langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, yang juga menjabat sebagai Menteri Agama.
"Tidak, (kebijakan efisiensi anggaran) tidak (menghambat operasional masjid)," ujar Umar menjawab pertanyaan media di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat lalu. Pernyataan tersebut menanggapi pertanyaan mengenai dampak pemotongan anggaran terhadap operasional masjid.
Sebagai masjid negara, Istiqlal terbukti memiliki ketahanan finansial yang kuat. Masjid ini telah menyelenggarakan berbagai inisiatif yang berdampak positif bagi masyarakat, seperti vaksinasi selama pandemi COVID-19 dan penggalangan dana dari berbagai komunitas lintas agama. Keberhasilan ini menunjukkan kemandirian finansial Masjid Istiqlal.
Ketahanan Finansial dan Peran Masjid Istiqlal
Nasaruddin Umar mengungkapkan keheranannya atas anggapan bahwa pemotongan anggaran akan berdampak signifikan terhadap Masjid Istiqlal. Ia menekankan peran penting masjid dalam pemberdayaan masyarakat. "Saya mendapati tren ini mengejutkan. Kami telah menggunakan cara-cara keagamaan untuk memobilisasi masyarakat, yang luar biasa," katanya.
Menanggapi hal tersebut, ia mengajak masyarakat untuk mempercayai masjid dan tempat ibadah lainnya sebagai lembaga yang terpercaya dan handal dalam inisiatif pemberdayaan masyarakat. Masjid Istiqlal, sebagai contoh, telah membuktikan hal ini melalui berbagai program sosialnya.
Umar optimistis masjid dan tempat ibadah lainnya dapat berkontribusi lebih besar dalam upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan ekstrem. Hal ini dapat dilakukan melalui pendistribusian berbagai dana filantropi Islam. Potensi ini perlu dioptimalkan untuk memberdayakan masyarakat luas.
Optimalisasi Peran Rumah Ibadah dalam Penanggulangan Kemiskinan
Lebih lanjut, Imam Besar Masjid Istiqlal menyoroti pentingnya optimalisasi potensi rumah ibadah di berbagai wilayah Indonesia. Rumah ibadah tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial kemasyarakatan.
"Dengan pendekatan ini, (mengurangi) kemiskinan bukan lagi tanggung jawab eksklusif negara, karena masyarakat juga dapat memberikan kontribusi. Dengan kata lain, negara dan masyarakat sipil bersatu melawan masalah kemiskinan," jelasnya. Hal ini menunjukkan sinergi yang diharapkan antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Umar berharap Masjid Istiqlal akan memainkan peran yang lebih besar lagi di masa depan dalam berbagai program sosial kemasyarakatan. Keberhasilan Masjid Istiqlal dalam mempertahankan operasionalnya di tengah kebijakan efisiensi anggaran menjadi contoh nyata peran penting rumah ibadah dalam pembangunan bangsa.
Pernyataan Imam Besar Masjid Istiqlal ini memberikan perspektif baru tentang peran rumah ibadah, khususnya masjid, dalam pembangunan nasional. Keberhasilan Masjid Istiqlal dalam mengelola keuangan dan menjalankan berbagai program sosial menjadi bukti nyata kontribusi rumah ibadah dalam pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.