Optimisme Perbankan: Program Pemerintah Dorong Pertumbuhan Kredit
Berbagai program pemerintah diproyeksikan akan mendorong pertumbuhan kredit perbankan di tahun 2025, meskipun daya beli masyarakat masih lemah, ditopang oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif.
Para pelaku perbankan Indonesia menyimpan optimisme terhadap pertumbuhan kredit di tahun 2025. Hal ini didorong oleh berbagai program pemerintah yang diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat, meskipun saat ini masih relatif lemah. Optimisme tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Consumer Banking Permata Bank, Djumariah Tenteram, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Djumariah menjelaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap perekonomian diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan kredit tahun ini, bahkan melampaui capaian tahun sebelumnya. Meskipun demikian, ia mencatat pertumbuhan kredit, khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), melambat di tahun lalu.
Permata Bank sendiri menargetkan pertumbuhan dua digit pada segmen consumer lending, meliputi KPR, kartu kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), dan kredit UMKM. Target agresif ini sejalan dengan arahan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Namun, terkait program pemerintah pembangunan 3 juta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, Permata Bank masih menunggu realisasi program dan belum berpartisipasi secara langsung.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, mengungkapkan proyeksi serupa. Ia memperkirakan kredit perbankan akan terus tumbuh positif di tahun 2025. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, menurut Dian, akan menarik minat investasi domestik, meningkatkan aliran dana, investasi, perluasan usaha, dan pada akhirnya meningkatkan permintaan kredit.
Data menunjukkan pertumbuhan kredit perbankan dua digit hingga November 2024, mencapai 10,79% year on year (yoy) menjadi Rp7.717 triliun. OJK juga aktif berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk memastikan penyaluran kredit perumahan berjalan lancar, khususnya untuk mendukung program 3 juta rumah. Namun, Dian menekankan pentingnya prinsip manajemen risiko dan kehati-hatian dalam penyaluran kredit, bukan hanya mengandalkan kualitas fasilitas kredit dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
Pertumbuhan kredit yang positif ini menunjukkan dampak positif dari program-program pemerintah yang berfokus pada peningkatan ekonomi. Meskipun masih terdapat tantangan, seperti daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, optimisme dari pelaku perbankan dan dukungan pemerintah diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Realisasi program-program pemerintah, seperti pembangunan 3 juta rumah, akan menjadi kunci penting dalam mendorong pertumbuhan kredit sektor perumahan dan ekonomi nasional secara lebih luas.
Secara keseluruhan, baik pelaku perbankan maupun OJK memiliki pandangan yang optimistis terhadap pertumbuhan kredit di tahun-tahun mendatang. Dukungan kebijakan pemerintah dan proyeksi ekonomi yang positif menjadi faktor kunci yang mendorong optimisme tersebut. Namun, penyaluran kredit tetap perlu dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan aspek manajemen risiko.