Prevalensi Stunting di Kepri Turun, namun Tantangan Masih Ada
Angka stunting di Kepri turun menjadi 15 persen pada 2024, namun 27 ribu anak masih mengalami gizi buruk, mendorong upaya intervensi pemerintah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Mochammad Bisri, mengumumkan penurunan angka prevalensi stunting di Kepri pada tahun 2024. Penurunan sebesar 1,8 persen ini, dari 16,8 persen di tahun 2023 menjadi 15 persen di tahun 2024, merupakan hasil kerja keras kolaboratif berbagai pihak. Penurunan ini didapat dari informasi yang diterima dari pemerintah pusat, meskipun rilis resmi belum diterima.
Meskipun terjadi penurunan, tantangan masih signifikan. Sebanyak 27 ribu anak di Kepri masih mengalami kekurangan gizi hingga gizi buruk, sebuah angka yang cukup mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian serius. Pemerintah Provinsi Kepri berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dengan berbagai strategi intervensi.
Berbagai upaya pencegahan dan penanganan stunting telah dilakukan, melibatkan pemerintah, BKKBN, instansi vertikal, dan organisasi masyarakat. Kerja sama lintas sektor ini menjadi kunci keberhasilan penurunan angka stunting, meskipun angka tersebut masih tergolong tinggi.
Upaya Intervensi Penanganan Stunting di Kepri
Pemerintah Kepri, bersama berbagai pihak terkait, akan menggelar aksi intervensi untuk mengatasi permasalahan gizi anak. Intervensi ini meliputi pemberian makanan tambahan bergizi, pengobatan bagi anak sakit, edukasi tentang stunting, dan peningkatan kualitas layanan kesehatan. Tidak hanya itu, intervensi juga menyasar pada pencegahan stunting dari hulu.
Upaya pencegahan dari hulu ini mencakup pencegahan pernikahan dini, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta peningkatan sanitasi dan akses air bersih. Hal ini penting karena stunting tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sanitasi, ekonomi, budaya hidup, pernikahan dini, pola asuh, dan pola makan yang salah. Semua faktor ini memerlukan perhatian khusus.
Salah satu strategi kunci dalam penanganan stunting adalah memaksimalkan peran kader Posyandu. Terdapat 10.229 kader Posyandu di Kepri yang berperan penting dalam mendukung pelayanan kesehatan, terutama dalam pencegahan stunting. Kader Posyandu diharapkan proaktif dalam menggerakkan orang tua untuk membawa anak ke Posyandu, memberikan penyuluhan tentang pola makan sehat, dan mengidentifikasi anak berisiko stunting.
Peran Kader Posyandu dalam Penurunan Stunting
Kader Posyandu memiliki peran krusial dalam memberikan edukasi tentang stunting dan pencegahannya kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan pengasuh anak. Mereka juga berperan dalam melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak secara rutin untuk mendeteksi dini kasus stunting. Pemerintah Provinsi Kepri memberikan insentif sebesar Rp5 juta untuk 1.467 Posyandu di seluruh Kepri sebagai bentuk dukungan.
Insentif ini diharapkan dapat mendukung Posyandu dalam mempercepat penurunan kasus stunting hingga ke pelosok desa dan kelurahan. Dengan komitmen dan kerja keras semua pihak, diharapkan target penurunan prevalensi stunting nasional sebesar 2,30 persen pada tahun 2030 dapat tercapai. Keterlibatan kader Posyandu menjadi kunci keberhasilan program ini.
"Selain gizi buruk, pemicu stunting itu dipengaruhi sanitasi, ekonomi, budaya hidup, pernikahan dini, hingga pola asuh dan pola makan anak yang salah, sehingga ini memerlukan perhatian khusus semua pihak dalam menangani stunting di Kepri," ujar Bisri.
Dengan adanya kerja sama lintas sektor dan peran aktif kader Posyandu, diharapkan angka stunting di Kepri dapat terus menurun dan terwujudnya generasi muda yang sehat dan berkualitas.