Tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang: Kesultanan Ternate Sambut Lailatul Qadar
Kesultanan Ternate akan kembali menggelar tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang pada 26 Maret 2025 untuk menyambut malam Lailatul Qadar, memperlihatkan toleransi dan pelestarian budaya.
Kesultanan Ternate di Maluku Utara akan kembali menggelar tradisi unik 'Jou Uci Sabea Se Kabasarang' pada tanggal 26 Maret 2025, pukul 18.00 WIT. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini menjadi bagian penting dalam menyambut malam Lailatul Qadar, malam yang dipercaya sebagai malam diturunkannya Al-Qur'an. Acara ini akan dilangsungkan di depan Kesultanan Ternate, Kelurahan Soasio, Kota Ternate, dan terbuka untuk umum.
Tradisi ini melibatkan Sultan Ternate, 'Kabasarang Uci', dan masyarakat Tabanga yang mayoritas beragama Kristen. Mereka akan beriringan menuju Masjid Kesultanan Ternate, diiringi musik dan benda-benda pusaka Kesultanan. Hal ini menunjukkan toleransi dan harmoni antarumat beragama yang telah terjalin lama di Ternate.
Selain prosesi utama, acara ini juga akan dimeriahkan dengan pembakaran ela-ela (lampu pelita), melambangkan penerangan dan doa untuk keberkahan di malam Lailatul Qadar. Masyarakat diimbau untuk datang lebih awal agar dapat menyaksikan dan berpartisipasi dalam rangkaian acara yang penuh makna ini.
Malam Lailatul Qadar dan Pelestarian Budaya Ternate
Tradisi 'Jou Uci Sabea Se Kabasarang' bukan sekadar perayaan malam Lailatul Qadar, tetapi juga merupakan wujud pelestarian budaya dan sejarah Kesultanan Ternate. Kimalaha Tomaito Kesultanan Ternate, Subhan Tomaito, menekankan pentingnya menjaga tradisi ini sebagai warisan budaya yang berharga. Beliau berharap tradisi ini dapat memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan di tengah masyarakat.
Lebih lanjut, Subhan Tomaito juga berharap agar tradisi ini dapat memperkenalkan kembali kekayaan tradisi Kesultanan Ternate kepada generasi muda, sehingga warisan budaya ini tetap lestari dan dihargai. Dengan demikian, generasi penerus dapat memahami dan menghargai nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Pemkot Ternate sendiri turut mendukung penuh pelestarian tradisi ini. Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman, sebelumnya telah menyatakan dukungannya terhadap perayaan tahunan ini yang selalu ramai dikunjungi warga. Pembakaran ela-ela, sebagai bagian dari tradisi ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Ternate dan sekitarnya.
Toleransi dan Kebersamaan dalam Tradisi
Keunikan tradisi 'Jou Uci Sabea Se Kabasarang' terletak pada partisipasi masyarakat Tabanga yang beragama Kristen dalam prosesi keagamaan Islam. Hal ini menunjukkan toleransi dan kebersamaan yang tinggi antarumat beragama di Ternate. Proses ini menjadi bukti nyata harmoni sosial yang telah terjalin selama berabad-abad.
Partisipasi bersama dalam tradisi ini menunjukkan nilai-nilai inklusivitas dan saling menghormati antarumat beragama. Hal ini menjadi contoh yang baik bagi daerah lain di Indonesia dalam membangun kerukunan dan persatuan.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah dan antusiasme masyarakat, tradisi 'Jou Uci Sabea Se Kabasarang' diharapkan dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian penting dari identitas budaya Ternate.
Acara ini juga menjadi kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan memperkenalkan kekayaan budaya Ternate kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga nilai ekonomis dan pariwisata.
Harapan untuk Masa Depan
Tradisi 'Jou Uci Sabea Se Kabasarang' diharapkan dapat terus lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan demikian, nilai-nilai keagamaan, kebersamaan, dan toleransi akan tetap terjaga dan menjadi ciri khas masyarakat Ternate. Pelestarian tradisi ini juga akan memperkaya khazanah budaya Indonesia.
Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun kalangan akademisi, sangat penting untuk memastikan kelangsungan tradisi ini. Dokumentasi dan penelitian mengenai tradisi ini juga perlu dilakukan untuk menjaga agar informasi dan pengetahuan tentang tradisi ini tidak hilang.
Dengan demikian, tradisi 'Jou Uci Sabea Se Kabasarang' tidak hanya menjadi perayaan semata, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya dan sejarah yang berharga bagi masyarakat Ternate dan Indonesia.