Anto Baret Luncurkan 'Sketsa Jalanan': Album Musik yang Suarakan Isu Sosial
Anto Baret, legenda Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), meluncurkan album 'Sketsa Jalanan' yang menyuarakan isu sosial dan kritik terhadap penguasa, sekaligus mengekspresikan empati dan semangat persaudaraan.

Seniman dan pendiri Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), Anto Baret, baru-baru ini meluncurkan album terbarunya yang berjudul 'Sketsa Jalanan'. Album ini diluncurkan pada tanggal 14 April di Jakarta dan menjadi perbincangan hangat di kalangan penikmat musik Indonesia. Album ini bukan sekadar kumpulan lagu, melainkan sebuah pernyataan sikap dan kritik sosial yang dikemas dalam irama musik yang beragam.
Album 'Sketsa Jalanan' berisi sembilan lagu yang menggabungkan berbagai genre, mulai dari rock dan ballad hingga reggae. Lagu-lagu tersebut menyuarakan kegelisahan dan kritik sosial terhadap perilaku penguasa, serta mengekspresikan empati terhadap kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Lebih dari itu, album ini juga menebarkan semangat persaudaraan, perdamaian, dan kecintaan terhadap tanah air. Peluncuran album ini dihadiri oleh sejumlah tokoh seniman dan budayawan Indonesia.
Peluncuran album 'Sketsa Jalanan' bukan hanya sekadar perilisan karya musik, tetapi juga menjadi sebuah pernyataan sikap dari Anto Baret dan para seniman jalanan lainnya. Seperti yang disampaikan oleh seniman legendaris Yoyik Lembayung, "Seniman jalanan tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang kumuh, sesuatu yang termarginalkan, tapi juga bisa menjadi sesuatu yang bisa memberi jawaban bahwa jalanan juga bisa berbuat, bertindak dan bersikap."
Suarakan Kegelisahan dan Kritik Sosial
Album 'Sketsa Jalanan' menampilkan beragam lagu yang mengangkat isu-isu sosial dan politik. Lagu-lagu tersebut tidak hanya menyuarakan kegelisahan, tetapi juga memberikan kritik yang membangun terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia. Salah satu lagu yang mendapat perhatian khusus adalah 'Ayah Ibu', yang dinilai Yoyik Lembayung sangat berkesan karena mengajarkan adab dan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, nilai-nilai yang menurutnya mulai jarang ditemukan dalam lagu-lagu masa kini.
Uluy, salah satu penyanyi latar Anto Baret, menambahkan bahwa album ini memberikan ruang bagi para penyanyi jalanan dari berbagai genre untuk bersatu dan menyuarakan realita kehidupan. Ia menekankan bahwa lagu-lagu dalam album ini bukan sekadar hiburan, melainkan pesan-pesan yang diangkat dari kenyataan dan realita yang ada. "Lagu bukan sekadar lagu sebenarnya, tapi lagu adalah pesan pengabaran yang diangkat mungkin dari kenyataan, realita yang ada, lalu diangkat menjadi sebuah karya," ujarnya.
Dalam peluncuran album ini, Anto Baret juga mengundang sejumlah tokoh seniman untuk membacakan lirik-lirik lagu dalam bentuk puisi. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Fikar W Eda, Embi C Noer, Dedy Mizwar, Amien Kamil, Cornelia Aghata, Devie Matahari, Jose Rizal Manua, dan Yoyik Lembayung yang membawakan puisi dengan iringan angklung. Hal ini semakin memperkaya dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam album 'Sketsa Jalanan'.
Kolaborasi Musisi Berbakat
Tidak hanya melibatkan para penyair dan pembaca puisi, album 'Sketsa Jalanan' juga merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah musisi berbakat. Beberapa nama yang turut berpartisipasi dalam album ini antara lain Toto Tewel, Bob Marjinal, Mike Marjinal, Tege Dreads, dan Yose Kristian. Kolaborasi ini menghasilkan perpaduan musik yang kaya dan dinamis, memperkuat pesan-pesan sosial yang ingin disampaikan.
Anto Baret, sebagai penyanyi jalanan, seniman, dan budayawan, telah lama dikenal dengan konsistensinya dalam mengangkat problematika kehidupan sosial dan politik dalam karya-karyanya. Sejak akhir tahun 1970-an hingga sekarang, lagu-lagunya selalu merefleksikan suasana kehidupan jalanan dan perjuangan hidup masyarakat kecil. Album 'Sketsa Jalanan' menjadi bukti nyata dari konsistensi dan komitmennya dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.
Beberapa lagu andalan dalam album 'Sketsa Jalanan' antara lain 'Ayah Ibu', 'Lelaki Malam', 'Jl. Bulungan', 'Laskar Bingung', 'Sajak Orang-orang Penganggur', 'Sketsa Jalanan', 'Arwah', dan 'Kabar Damai'. Lagu-lagu ini diharapkan dapat mewakili perjuangan hidup dan membangkitkan semangat musisi jalanan untuk terus menyuarakan aspirasinya, seperti yang disampaikan oleh Yoyik Lembayung.
Secara keseluruhan, album 'Sketsa Jalanan' merupakan karya musik yang sarat makna dan pesan moral. Album ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pendengarnya untuk merenungkan kondisi sosial dan politik di Indonesia serta mendorong semangat persaudaraan dan perdamaian.