30 Kaligrafer Aceh Salin Ulang Mushaf Kuno Peninggalan Belanda
Tiga puluh kaligrafer Aceh bekerja sama menyalin ulang Mushaf Baiturrahman, manuskrip Al-Quran kuno peninggalan Belanda, yang memiliki keunikan dan nilai sejarah tinggi.

Banda Aceh, 12 Maret 2025 (ANTARA) - Dalam sebuah proyek pelestarian sejarah dan budaya Islam yang signifikan, 30 kaligrafer Aceh berkolaborasi untuk menyalin ulang Mushaf Baiturrahman, sebuah manuskrip Al-Quran kuno yang berasal dari masa kolonial Belanda. Mushaf bersejarah ini ditemukan dalam pelukan seorang imam masjid yang gugur syahid saat mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman dari serangan penjajah Belanda sekitar abad ke-18. Proses penyalinan ini melibatkan kerja keras dan keahlian para kaligrafer Aceh, serta upaya untuk menjaga warisan budaya yang berharga ini agar tetap lestari.
Proses penyalinan dilakukan berdasarkan versi digital Mushaf Baiturrahman asli yang tersimpan di University of Leiden, Belanda. Mushaf ini, setelah berada di Batavia selama setahun, dibawa ke Belanda pada 27 April 1974. Inisiatif untuk menyalin ulang mushaf ini muncul berkat kerja sama dengan seorang dosen Filologi asal Aceh, Bapak Hermansyah, yang membawa versi digital mushaf tersebut ke Aceh dan menginisiasi proyek ini. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dan peran akademisi dalam melestarikan warisan budaya.
"Mushaf yang disalin ini merupakan naskah Al Quran yang ditemukan dalam pelukan seorang imam masjid yang mati syahid saat mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman dari kolonial Belanda sekitar abad ke-18," ungkap Koordinator Bidang Kaligrafi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Aceh. Proyek ini bukan hanya sekadar penyalinan, tetapi juga upaya untuk menghidupkan kembali sejarah perjuangan dan keimanan di Aceh serta melestarikan warisan budaya yang sangat berharga.
Keunikan Mushaf Baiturrahman
Mushaf Baiturrahman memiliki keunikan yang membedakannya dari mushaf Al-Quran pada umumnya. Salah satu keunikannya adalah adanya simbol tajwid yang lengkap dengan makharijul huruf dan keterangannya. Hal ini menunjukkan tingkat detail dan ketelitian dalam penulisan mushaf tersebut. Selain itu, jumlah halaman per juz pada Mushaf Baiturrahman tidak seragam, berbeda dengan mushaf Al-Quran pada umumnya.
"Mushaf ini memiliki simbol tajwid bahkan lengkap dengan makharijul huruf, serta keterangannya. Selain itu, kalau mushaf biasa satu juz sama jumlah halamannya hampir sepuluh lembar, tapi kalau mushaf ini acak jumlah halamannya," jelas Iqbal, Koordinator Bidang Kaligrafi LPTQ Aceh. Keunikan-keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri dan menambah nilai sejarah Mushaf Baiturrahman.
Pemerintah Aceh menginisiasi proyek penyalinan ulang ini untuk memudahkan akses masyarakat Aceh terhadap mushaf kuno tersebut tanpa harus pergi ke Belanda. Dengan adanya salinan ini, masyarakat dapat lebih mudah mempelajari dan mengapresiasi nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya. Proyek ini juga merupakan bukti nyata kepedulian pemerintah terhadap pelestarian warisan budaya Aceh.
Proses Penyalinan dan Target Penyelesaian
Proses penyalinan Mushaf Baiturrahman dimulai sejak 5 Maret 2025 dan melibatkan 30 kaligrafer dari seluruh Aceh, dengan setiap kaligrafer bertanggung jawab atas satu juz. Hingga saat ini, sudah 21 juz yang telah selesai disalin di atas kertas A1 berukuran 59x84 cm. Proses penyalinan ini dilakukan dengan teliti dan penuh kehati-hatian agar hasil salinan tetap akurat dan sesuai dengan aslinya.
Penyalinan ditargetkan selesai pada 16 Maret 2025. Setelah selesai, mushaf yang telah ditulis akan dijilid dan dipamerkan di Masjid Raya Baiturrahman pada 17 Ramadhan, yang jatuh pada 17 Maret 2025. Pameran ini akan menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan langsung hasil kerja keras para kaligrafer Aceh dan mengapresiasi keindahan serta nilai sejarah Mushaf Baiturrahman.
"Nantinya akan dipamerkan di Masjid Raya Baiturrahman, dan di sana akan dibuatkan museum khusus untuk memamerkan hasil penyalinan Mushaf Baiturrahman ini," tambah Iqbal. Pembuatan museum khusus ini menunjukkan komitmen Pemerintah Aceh untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Aceh kepada generasi mendatang.
Proyek penyalinan Mushaf Baiturrahman ini merupakan wujud nyata dari upaya pelestarian warisan budaya Aceh. Kerja sama antara para kaligrafer, pemerintah, dan akademisi menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang. Semoga proyek ini dapat menginspirasi upaya-upaya pelestarian warisan budaya lainnya di Indonesia.