AS Perketat Syarat Kesepakatan Energi Fosil dengan Ukraina: Tuntut Kendali Penuh Dana Masa Depan
Amerika Serikat (AS) memperketat syarat kesepakatan energi fosil dengan Ukraina, menuntut kendali penuh atas dana masa depan yang mencapai 500 miliar dolar AS, menimbulkan perdebatan sengit antara kedua negara.

Amerika Serikat (AS) meningkatkan tekanan pada Ukraina dengan memperketat syarat kesepakatan terkait pemanfaatan sumber daya alam, khususnya energi fosil. Perjanjian baru yang diajukan AS menuntut kendali penuh atas dana masa depan yang dihasilkan dari eksploitasi sumber daya tersebut, memicu perdebatan sengit antara kedua negara. Kesepakatan ini mencakup sumber daya mineral, gas, dan minyak, namun pendapatan dari pelabuhan laut dikecualikan.
Menurut laporan surat kabar Ukraina, New Voice, pada Jumat, 21 Februari 2024, Kiev menerima rancangan perjanjian baru dari AS yang jauh lebih ketat daripada versi sebelumnya. Versi terbaru ini diajukan setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, sebelumnya membawa rancangan awal ke Kiev. Perbedaan signifikan terletak pada kendali penuh atas dana yang akan dibentuk dari hasil eksploitasi sumber daya alam Ukraina.
Perjanjian yang diajukan AS mengusulkan pembentukan dana senilai 500 miliar dolar AS. Namun, angka ini masih menjadi bahan negosiasi antara kedua negara, dengan Ukraina berupaya untuk menegosiasikan kembali jumlah tersebut. Skema kontribusi yang diusulkan AS adalah rasio 2 banding 1, di mana Ukraina akan menyumbang dua pertiga dari pendapatan produksi masa depan, sementara AS akan menyumbang sepertiga dalam bentuk bantuan militer yang telah diberikan sebelumnya. Ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai keadilan dan keuntungan bagi Ukraina dalam kesepakatan tersebut.
Perselisihan Terkait Akses Sumber Daya Alam
Perdebatan mengenai akses terhadap sumber daya alam Ukraina telah berlangsung selama beberapa waktu. Pada 3 Februari 2024, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Washington mengharapkan Ukraina memberikan akses ke sumber daya tanah jarang sebagai imbalan atas bantuan keuangan dan militer. Pernyataan ini telah memicu kontroversi dan kekhawatiran akan eksploitasi sumber daya alam Ukraina oleh AS.
Sebelumnya, pada 14 Februari 2024, The Washington Post melaporkan bahwa dalam pertemuan di Munich, negosiator AS mengusulkan agar Ukraina menyerahkan hak atas 50 persen sumber daya mineralnya yang belum dieksploitasi kepada AS. Namun, Presiden Volodymyr Zelenskyy menolak kesepakatan tersebut, menekankan bahwa kesepakatan tersebut tidak menguntungkan bagi negaranya. Penolakan ini menunjukkan adanya ketegangan yang signifikan antara Ukraina dan AS terkait pengelolaan sumber daya alam mereka.
Rancangan kesepakatan terbaru yang lebih ketat ini menunjukkan bahwa AS bersikeras untuk mendapatkan kendali yang lebih besar atas sumber daya alam Ukraina. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang implikasi jangka panjang bagi perekonomian dan kedaulatan Ukraina. Negosiasi yang sedang berlangsung akan menentukan bagaimana kesepakatan akhir akan dirumuskan dan dampaknya bagi kedua negara.
Detail Kesepakatan dan Implikasinya
Kesepakatan yang diajukan AS mencakup sumber daya mineral, gas, dan minyak Ukraina. Namun, pendapatan dari pelabuhan laut tidak termasuk dalam kesepakatan ini. Hal ini menunjukkan bahwa AS lebih fokus pada sumber daya energi fosil di darat. Perbedaan signifikan dalam rancangan perjanjian ini menunjukkan bahwa negosiasi antara kedua negara masih berlangsung dan belum mencapai kesepakatan akhir.
Skema kontribusi 2 banding 1 yang diusulkan AS menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan transparansi dalam pengelolaan dana tersebut. Ukraina mungkin khawatir akan kehilangan sebagian besar keuntungan dari eksploitasi sumber daya alamnya sendiri. Oleh karena itu, negosiasi ulang atas jumlah dana dan skema kontribusi menjadi sangat penting bagi Ukraina.
Situasi ini menyoroti kompleksitas hubungan antara AS dan Ukraina, khususnya dalam konteks bantuan militer dan akses terhadap sumber daya alam. Ke depan, perkembangan negosiasi ini akan sangat menentukan masa depan kerjasama ekonomi dan politik antara kedua negara.
Kesimpulannya, perjanjian energi fosil antara AS dan Ukraina masih dalam tahap negosiasi yang alot. Tuntutan AS untuk kendali penuh atas dana masa depan yang signifikan menimbulkan kekhawatiran di Ukraina terkait kedaulatan dan keuntungan ekonomi jangka panjang. Hasil akhir dari negosiasi ini akan berdampak besar pada hubungan bilateral kedua negara dan pengelolaan sumber daya alam Ukraina.