Bantul Siap Jadi Lokasi Pengolahan Sampah Waste-to-Energy
Pemerintah Kabupaten Bantul siapkan lahan di Bawuran untuk proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik, menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah pusat.

Bantul, 6 Mei 2024 - Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bersiap menjadi lokasi pengolahan sampah dengan sistem waste-to-energy. Kawasan seluas enam hektare di Kelurahan Bawuran, Kecamatan Pleret, telah disiapkan sebagai lokasi potensial. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul, Ari Budi Nugroho, Selasa lalu. Proyek ini merupakan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mengubah sampah menjadi energi listrik yang kemudian dibeli oleh PLN.
Meskipun lokasi telah ditentukan, detail teknis sistem pengolahan waste-to-energy masih menunggu petunjuk lebih lanjut dari Kementerian Lingkungan Hidup. Ari Budi Nugroho menjelaskan, "Ya kalau kajian sistem pengolahan sampah waste to energy itu seperti apa kita belum tahu, cuma lokasi yang sudah dapat izin Pak Gubernur memang di Bawuran kurang lebih enam hektare." Pemerintah Bantul masih perlu mempelajari bagaimana sistem ini akan beroperasi, termasuk volume sampah yang dibutuhkan dan tata kelola sampah secara keseluruhan, mengingat Bantul juga akan menampung sampah dari wilayah DIY.
Pemilihan Bawuran didasarkan pada beberapa faktor. Kawasan ini sebelumnya telah menjadi lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan saat ini juga mengembangkan Intermediate Treatment Facility (ITF) Pusat Karbonasi. Hal ini menunjukkan kesiapan infrastruktur dan dukungan sosial masyarakat setempat. Ari menambahkan, "Jadi, secara sosialnya mendukung, dan memang dalam artian berbeda kalau itu (waste to energy) di lokasi baru, dan yang berikutnya karena memang sudah ada izin dari Pak Gubernur."
Lokasi Strategis dan Kesiapan Infrastruktur
Bawuran dinilai sebagai lokasi yang strategis karena telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan sampah. Keberadaan infrastruktur yang ada, seperti ITF Pusat Karbonasi, akan mempermudah integrasi sistem waste-to-energy. Namun, pemerintah Kabupaten Bantul menyadari perlunya koordinasi dan perencanaan yang matang untuk memastikan kelancaran proyek ini. Mereka akan berdiskusi lebih lanjut dengan pemerintah pusat untuk membahas detail teknis dan operasional.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah integrasi sistem waste-to-energy dengan fasilitas pengolahan sampah yang sudah ada di Bantul. Pemerintah daerah perlu memastikan tata kelola sampah yang efisien dan efektif agar proyek ini berjalan optimal. "Kita juga punya beberapa fasilitas pengolahan sampah, kira-kira bagaimana, ini masih berproses, prinsipnya kalau itu kebijakan pemerintah pusat kita dukung, cuma nanti yang belum tahu konkretnya seperti apa, kita masih perlu diskusi, perlu rembukan rembukan lebih lanjut," jelas Ari Budi Nugroho.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, sebelumnya menyatakan dukungan penuh terhadap proyek ini. Ia menekankan bahwa Bantul telah lama menjadi pusat pengelolaan sampah regional DIY, sehingga proyek waste-to-energy ini sangat relevan. "Dan Insya Allah kemungkinan besar akan dibangun di Bantul, kita juga menyambut baik karena Bantul tersebut sampai sekarang pun masih menjadi tumpuan pengelolaan sampah tingkat regional DIY," kata Bupati Halim.
Dukungan Pemerintah dan Tantangan ke Depan
Proyek waste-to-energy di Bantul mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat. Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan perubahan pola pengelolaan sampah menjadi sistem waste-to-energy, dengan hasil energi yang akan dibeli PLN dengan harga yang layak. Namun, masih banyak detail yang perlu dikaji dan dibahas lebih lanjut antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Tantangan ke depan meliputi perencanaan yang matang, integrasi dengan sistem pengelolaan sampah yang sudah ada, serta memastikan keberlanjutan proyek ini. Pemerintah Bantul berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat, namun tetap menekankan pentingnya perencanaan yang detail dan kolaborasi yang erat dengan berbagai pihak terkait.
Keberhasilan proyek ini akan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian daerah. Pengolahan sampah menjadi energi listrik akan mengurangi volume sampah di TPA, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menciptakan lapangan kerja baru. Namun, kesuksesan proyek ini bergantung pada perencanaan yang matang, koordinasi yang baik, dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Ke depannya, pemerintah Kabupaten Bantul akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk membahas detail teknis dan operasional proyek waste-to-energy ini. Mereka berharap proyek ini dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Bantul dan DIY.