Bareskrim Limpahkan Kasus Deepfake Pejabat ke Kejaksaan, Waspada Modus Penipuan!
Bareskrim Polri telah melimpahkan kasus deepfake yang melibatkan pejabat negara ke kejaksaan, mengingatkan masyarakat akan pentingnya verifikasi informasi dan kewaspadaan terhadap modus penipuan online.

Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri baru-baru ini melimpahkan berkas kasus deepfake AI yang melibatkan pejabat negara ke kejaksaan. Dua tersangka, AMA dan JS, kini menghadapi proses hukum lebih lanjut. Kasus ini melibatkan penipuan yang memanfaatkan teknologi deepfake untuk meniru suara dan wajah pejabat tinggi, termasuk Presiden RI, Wakil Presiden, dan Menteri Keuangan. Modus operandi yang digunakan para tersangka sangatlah berbahaya dan perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat.
Pelimpahan berkas tersangka AMA dilakukan ke Kejaksaan Negeri Lampung Tengah, sementara berkas tersangka JS diterima oleh Kejaksaan Agung. Brigjen Pol. Himawan Bayu Aji, Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, menegaskan bahwa penangkapan kedua tersangka bukan akhir dari upaya penegakan hukum. Polri berkomitmen untuk terus menyelidiki dan mencegah penyebaran deepfake AI guna meminimalisir korban penipuan yang semakin meluas.
Keberhasilan pengungkapan kasus deepfake ini juga ditunjukkan dengan penangkapan tiga tersangka lain di Jawa Timur pada 16 April 2025. Para tersangka menggunakan deepfake wajah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, di TikTok untuk menipu korban dengan modus penjualan sepeda motor murah. Hal ini menunjukkan betapa kreatifnya pelaku kejahatan dalam memanfaatkan teknologi AI untuk melancarkan aksi penipuan mereka.
Kasus Deepfake: Ancaman di Era Digital
Kasus deepfake yang melibatkan pejabat negara ini menjadi sorotan karena dampaknya yang luas. Teknologi deepfake memungkinkan manipulasi video dan audio dengan sangat realistis, sehingga sulit dibedakan dari yang asli. Para tersangka memanfaatkan hal ini untuk menipu korban dengan menjanjikan bantuan uang dan meminta transfer sejumlah uang dengan dalih biaya administrasi. Korban yang telah membayar kemudian dijanjikan pencairan dana yang tidak pernah ada.
Bareskrim Polri telah mengamankan sejumlah bukti, termasuk video deepfake yang disebarluaskan di media sosial. Video-video tersebut menampilkan wajah dan suara pejabat negara yang dimanipulasi untuk menciptakan narasi palsu. Hal ini menunjukkan betapa canggihnya teknologi yang digunakan oleh para pelaku kejahatan siber.
Polri mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang diterima secara online. Verifikasi informasi dari sumber terpercaya sangat penting untuk mencegah menjadi korban penipuan. Patroli siber juga terus dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI untuk tujuan kriminal.
Langkah Pencegahan dan Kesadaran Masyarakat
Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman deepfake. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
- Verifikasi informasi: Selalu periksa kebenaran informasi dari berbagai sumber terpercaya sebelum mempercayainya.
- Waspada terhadap tawaran yang terlalu bagus: Tawaran yang tidak masuk akal, seperti penjualan barang dengan harga jauh di bawah pasaran, patut diwaspadai.
- Jangan mudah memberikan informasi pribadi: Lindungi data pribadi Anda dan jangan memberikannya kepada orang yang tidak dikenal.
- Laporkan jika menemukan kasus serupa: Jika Anda menemukan kasus deepfake atau penipuan online, segera laporkan kepada pihak berwajib.
Peningkatan kesadaran masyarakat dan kerja sama antara kepolisian dan masyarakat sangat penting dalam memerangi kejahatan siber yang memanfaatkan teknologi deepfake. Dengan kewaspadaan dan verifikasi informasi yang cermat, masyarakat dapat melindungi diri dari modus penipuan yang semakin canggih ini.
Polri berkomitmen untuk terus meningkatkan patroli siber dan menindak tegas para pelaku kejahatan deepfake. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih waspada dan bijak dalam menggunakan media sosial serta teknologi digital.